Skip to main content

Sesekali

Sesekali
Aku ingin Seperti Gus Dur
melihat manusia seutuhnya,
dan membimbing bangsa bedemokrasi dengan cerdasnya.

sesekali
aku ingin seperti Jalaluddin Rumi,
mengarungi telaga hikmah,
tanpa peduli gemerlap dunia

sesekali
aku ingin seperti Bung Karno,
yang meraja di Podium,
dan mengolah kata menjadi Negara,

Sesekali
aku ingin seperti Tan Malaka,
Negarawan yang selalu merdeka,
lalu menjadi apcar merah Negaranya,

sesekali
aku ingin seperti khalil gibran,
mencintai yang sejati dengan sejati,
tanpa ragu hatinya akan mati,
lalu mengalirkannya dalam sajak cinta yang abadi.

sesekali
aku ingin seperti Rendra,
menyair panggung,
dan setia berjuang dengan sajak-sajaknya

sesekali
aku ingin seperti Gus Mus
mengajari tanpa menggurui,
berdakwah dengan kerendahan hati,
selalu tawadlu' pada ilmu Ilahi

sesekali,
aku ingin seperti ayahku,
mendidik dengan hati,
sabar serta selalu menghargai,

ya,
hanya sesekali,
aku ingin menjadi orang hebat seperti mereka,
karena aku selalu ingin menjadi diriku sendiri
secara arti,
secara subtansi.

Depok, 11 Juni 2013

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.