Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2012

Berbicara dengan Tuhan #12

Tuhan, malam semakin pekat tak berbintang. aku tak lagi merapal dzikir untuk-Mu dengan bibirku aku membeku bukan karena angin-Mu aku terpaku karena keagungan-Mu Tuhanku, Engkau memang berbeda dalam kasih mencintai hamba-Mu dengan cobaan dan nikmat yang datang silih berganti aku ingin selalu bersandar pada Dzat keagungan-Mu daripada aku bersandar pada tiang-tiang rapuh makhluk-Mu yang ingkar dan bekelakar seakan dia yang paling benar. Tuhan, Malam semakin menggigit dengan keharuan. Aku tertegu dalam bisu, mencoba lagi merapal asma-Mu yang berwibawa tapi tak bisa, diam dalam semua bahasa Tuhanku yang Maha Bijaksana, bijaksanakanlah hatiku, kuatkanlah ia dalam menghadapi ujian-Mu ujian kegersangan yang melanda sepi dalam tiap malamku Tuhan, setelah  mulut ini beku, Maka berikan kekuatan pada jiwaku untuk merapal Asma-Mu

asimtot

aku cari gemerisik itu dalam supremum alam dalam lingkar logika bermakna tapi tak ada masih hampa lamunan daun dan ranting-ranting tersapa angin lalu bergoyang lagi dengan dendang-dendang harmoni yang mengalunkan lagu klasik masa lalu entah itu sebuah ejekan ataukah empati pada hati yang tak tahu cara bersujud lagi setelah sujudnya tergadai dan tak bisa ditebus lagi. hati yang sekarang hanya bisa memandang lurus kedepan kosong membentuk sumbu axis yang lurus bersama cakrawala saat tiba-tiba aksioma alam menyuruhnya melihat asimtot ketauhidan membentuk grafik kerinduan pada Tuhannya aku berusaha membuatnya terus berlari menyeret hati dan ternyata grafik itu berlimit tak hingga tak sampai pada asimtot ketauhidannya.

Sang Purnama

Semilir angin yang berhembus menerpa wajah lelah ini, menjanjikan sebuah masa depan yang cerah, aku masih tidak bergeming di teras kamar kost untuk memandang bulan yang bulat dan terlihat sempurna malam ini. sepertinya sudah hampir 3 jam aku bernostalgia dengan sang purnama, aku tumpahkan segala isi hati dan cerita-cerita masa yang sudah lewat yang memang belum sempat aku ceritakan kepadanya. Seperti bulan-bulan sebelumnya, purnama selalu menjadi teman cerita yang sabar dalam mendengarkan segala keluh kesah dan curahan hati paling tidak penting, ia tak pernah mecela dan tak pernah sok-sokan menasehati, ia membiarkanku untuk berfikir sendiri apa solusi untuk semua masalahku. Ia tak pernah protes dengan apa yang aku lakukan dan ia memang tanpa kepentingan apapun bersahabat denganku. Aku tahu bahwa dalam diamnya, Ia selalu menyemangatiku. Ya, dia menyemangatiku dengan caranya sendiri. Dia juga bukan tipe sahabat yang hanya datang waktu dia butuh dan  tak ingat ketika ia lagi baha