Skip to main content

Sang Purnama

Semilir angin yang berhembus menerpa wajah lelah ini, menjanjikan sebuah masa depan yang cerah, aku masih tidak bergeming di teras kamar kost untuk memandang bulan yang bulat dan terlihat sempurna malam ini. sepertinya sudah hampir 3 jam aku bernostalgia dengan sang purnama, aku tumpahkan segala isi hati dan cerita-cerita masa yang sudah lewat yang memang belum sempat aku ceritakan kepadanya.

Seperti bulan-bulan sebelumnya, purnama selalu menjadi teman cerita yang sabar dalam mendengarkan segala keluh kesah dan curahan hati paling tidak penting, ia tak pernah mecela dan tak pernah sok-sokan menasehati, ia membiarkanku untuk berfikir sendiri apa solusi untuk semua masalahku. Ia tak pernah protes dengan apa yang aku lakukan dan ia memang tanpa kepentingan apapun bersahabat denganku.

Aku tahu bahwa dalam diamnya, Ia selalu menyemangatiku. Ya, dia menyemangatiku dengan caranya sendiri. Dia juga bukan tipe sahabat yang hanya datang waktu dia butuh dan  tak ingat ketika ia lagi bahagia, tetapi dia tipe sahabat yang datang dengan apa adanya dan selalu konsisten menemaniku.

Hm, kalau ingat pertama kali aku berkenalan dan bersahabat dengannya seperti ingin mengulangnya lagi. Waktu itu aku baru saja menyelesaikan studi SMP ku dan melanjutkan ke Wonosobo, di Pesantren yang baru di malam purnama, listrik di pesantrenku padam, dan akhirnya ngaji pun selesai lebih awal. Karena keadaan yag gelap, aku bingung mau ngapain, ya sudah aku putuskan untuk duduk-duduk saja di teras lantai dua sambil melihat bintang-bintang yang bertebaran di langit, maklum Wonosobo kota di daerah pegunungan, jadi jika malam cerah pasti akan bertabur bintang. dan malam itu agak terang karena cahaya purnama, aku tadinya merasa biasa saja, tapi setelah ku pandang lebih lama, aku merasakan kedamian tersendiri dari cahaya yang dipancarkannya. Saat itu keadaan hatiku sedang tak menentu, terbawa oeh bidadari yang ternyata juga bersahabt baik dengan purnama. Ya, dan malam itu juga aku habiskan dengan menikmati kedamain cahaya sang purnama. Dan saat itu juga aku mulai bersahabat baik dengannya. Aku menceritakan semuanya kepadanya. Hmm, malam yang indah terus aku kenang.

Terimakasih untuk malam ini sobat, kau telah menemaniku dengan kedamaian dan ketulusanmu, sampai bejumpa bulan depan, kau pasti akan mendengarkan cerita-cerita baru dariku.

Depok, 03 Agustus 2012

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.