Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2012

Antara Kesadaran

sepertinya malam ini purnama, ya, memang benar sepertinya malam ini purnama, walau terlihat sayu, dan terhembus oleh beberapa kabut hitam yang gagal menjadi hujan. apakah kau masih tetap kuyu? melangkah layu di pelataran ibumu. tanpa tahu makna menanggapi, atau sekedar senyum menyapa pada alam yang sedari kamu duduk telah lalu lalang lama.. jika kau lihat kelangit, purnama ingin sekali tersenyum padamu, walau layu, sayu, dan tergerus bayu... cepat genggam lengan itu, ikutlah berlari bersamanya, menyisir perih angin, serta sedikit sayatan air. ini harimu, ini tradisi nenek moyangmu, lakukanlah.. biarlah lelah mengajarkanmu makna lengah.. Depok, 29 oktober 2012

Bayang

aku menciumnya, bau tanah yang tadi sore tersiram air hujan, sangat lekat, dan teresap, walau tak mampu melembabkan hati yang gersang. bayangnya masih nampak nyata, walau matahari telah ditenggelamkan oleh senja, entah bayang itu datang dari cahaya yang mana lagi, karena, malam ini aku tak melihat bulan dan gemintang. hanya kabut dan awan gelap yang bergelayut berat. aku masih terpaku, melihat bayang itu beranjak pergi, yang sesekali menoleh, tidak, bukan sesekali, tetapi setiap dua langkah sekali. aku tak bisa menahannya untuk tetap tinggal, tapi aku juga tak bisa menyuruhnya pergi, maafkan aku bayang, kau harus terlantar dalam alam fikirku yang tak pernah punya waktu untuk membiarkanmu melayang. depok, 27 oktober 2012. 20:44

Dongeng Pembohong

aku memulai cerita dalam sempit bilik yang kuhuni membagi sedikit tawa serta banyak nestapa bukan karena aku tak paham bukan karena aku tak peduli aku hanya sedang merasa sakit termakan sepi hanya kata andai yang keluar dari mulutku mengulum rindu pada masa lalu walau aku pun tahu itu tak pernah terjadi ini hanya dongeng yang entah masih ada atau tidak pendengarnya pendengar setia yang gila yang tetap seksama walau bualan itu ia tahu tak nyata Depok, 27 Oktober 2012

Kawan, tahukah Kau?

kawan, tahukah kau?? walaupun aku seperti api, aku tak pernah membenci air. walaupun aku seperti daun kering, aku tak pernah membenci angin. aku hanya manusia yang ingin menjadi diriku apa adanya, sederhana, sesederhana matahari yang menyinari bumi. kawan, pernahkah kau melihat bintang yang gemerlap dimalam yang cerah? aku yakin kau pasti mengatakan : "betapa indahnya malam ini" tapi aku tak pernah bisa mengatakan itu jika sendiri, karena keindahan sebenarnya, bukan ketika aku melihat lautan bintang itu, tapi.. keindahan sebenarnya adalah ketika kau berada disampingku, menikmati segala hal.. menikmati redup gemintang, menikmati buaian angin, menikmati indahnya kehidupan, sampai menikmati terjangan badai. kawan, masihkah kau ingin tahu tentang kebahagiaan? kebahagiaan itu sederhana kawan.. ketika  tawamu beradu dengan tawaku, kita tertawa lepas selepas air di lautan luas.. kawan, kau tahu cerita apa yang paling menarik?? bukan dongeng seribu

Sedikit Tentang Pagi

Angin dengan lembut menyapa pagi yang kutinggal diam bermalasan. sepertinya dia tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, namun ia lagaknya pura-pura tak tahu-menahu alasanku bermalasan dipagi yang indah ini. entah dia menjaga perasaanku, atau memang tak mau tahu. Aku mulai melangkahkan sejengkal demi sejengkal langkah untuk  melihat lagi apakah aku masih punya harapan dan mimpi, atau hanya berjalan sebagai manusia dungu atau bahkan seperti zombie yang hanya hidup tanpa bisa menikmatinya.Sepertinya aku sudah cukup parah mengobrak-abrik hidupku sendiri, banyak hal yang telah aku korbankan dan aku tingggalkan hanya untuk mencari kesenangan sesaat, kesenangan semu yang akan segera menguap setelah semua tawa itu lepas dan terbang bersama angin untuk meninggalkan hati yang masih tetap rapuh dan tanpa tambatan ini. Entah apa yang terjadi jika tiba-tiba angin mulai mengamuk dan mengombang-ambingkan hati ini hingga jatuh dan tak pernah bisa dipasang lagi pada tempatnya sehingga mau nggak mau