Tuhan, saat subuhku kembali ditelan matahari, aku hanya bisa marah pada diriku, makhluk macam apa aku ini.. masih pantaskah disebut hamba? Tuhan, saat subuhku datang sebelum mataharipun, sujudku seperti dikejar mimpi, tak pernah tertahan lama mengakui kehambaan diri, semua terasa melelahkan, tak seperti aku mengejar semua tentang dunia. Tuhan, jika shalat menjadi satu-satunya bentuk kehambaan, aku sudah pasrah, atas semua shalatku yang tak pernah lebih lambat dari kilat, dan atas semua sujudku yang tak pernah mampu terucap subhanallah barang tiga kali.. shalatku sudah seperti supir angkot menunggu bayaran penumpang, tak pernah kenal tuma'ninah, cepat dibayar dan mencari penumpang lain. Tuhan, kalau bukan karena belas kasih-Mu, entah dimana alamku sekarang berada, neraka begitu lebar menganga, bersiap menerima para pendosa, Tuhan, dalam renungku dan dalam ingatku kau adalah Tuhanku, dan akau adalahhamba-Mu Kasih sayang-Mu aku selalu tunggu meski dala
ada makna di setiap langkah dan kata