Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2013

Berbicara dengan Tuhan #31

Tuhan, Tiba-tiba saja aku kaget, Ditengah derunya siang Sayup-sayup ku dengar nama-Mu diteriak-teriakkan. Semakin lama semakin dekat, Lalu tiba-tiba saja semuanya rusak. Tuhan, Mereka merusak mengatasnamakan-Mu Mereka menutup paksa karena katanya membela agama-Mu, Mereka berduyun-duyun membabi buta karena katanya memulyakan ramadhan-Mu. Tuhan, Bukankah Kau Maha Kuat? Maha Segalanya Tapi kenapa mereka bersikeras membela-Mu? Aku yakin kau tak perlu dibela, Mereka saja yang pethentengan berlagak membela, Padahal tidak lebih kuat dari apapun. Tuhan, Bukankah islam mengajarkan damai? Memberikan rahmat pada seluruh alam? Tapi kenapa mereka merusak mengatasnamakan islam? Ah, mungkin memamg mereka belum mengenal agama-Mu ini. Tuhan, Salam bagi sang baginda Rasul sang juru damai, Salam bagi kekasih-Mu, Semoga kaum beragama negeri ini bisa mentauladani beliau. Aamiin..

Berbicara dengan Tuhan #30

Tuhan, Sudah setengah bulan saja ramadhan-Mu lewat, dan aku? hanya menikmati lapar dan dahaga, hanya sesekali bersusah payah menggenapkan rakaat trawih, hanya sesekali saja mendengungkan lafadz-lafadz agung itu tanpa memaknainya, semuanya masih sama, maksiat lebih banyak dari rakaat, dosa lebih panjang masanya dari puasa, waktu terbuang sudah seperti air yang mengalir saja. Tuhan, Sudah hampir habis saja Ramadhan-mu tahun ini, aku niat puasa saja kadang masih lupa, tarawih saja masih sambil berlupa, tadarus saja masih banyak riya'nya. Tuhan, semoga kau beri aku kekosongan hati, tempat dimana aku bisa merenungkan keagungan-Mu, meratapi dosa-dosaku, melupakan kebaikanku, menyadiri kekerdilanku, dan menikmati Ramadhan-Mu, Tuhan, Hanya kata sufi yang aku pinjam ini, untuk mencoba bertaqorrub pada-Mu, kalau aku salah itu karena ketidaktahuanku, kalau aku benar, itu hanya kekuatan-Mu aamin.

Siluet Purnama

Kali ini, aku hanya bisa melihat siluetnya saja, Seperti tamparan, Ketika qunut mulai terbaca dalam witir, Ah betapa semua keindahan ini, Mengiringi segala tanyaku.. Pancaran yang aku lihat dari tempat aku duduk sekarang, Hanya sebatas memperlihatkan birunya langit Putihnya awan, Dan sedikit kerlip bintang. Tak seperti dulu, Kala aku melihat penuh bulat purnama. Aku merenung, Ragu pada nafas yang ku hirup, Ragu pada ribu tanya, Ragu pada degup jantung yang menggaung.. Entah ramadhan ini akan mengasihiku atau tidak.. Aku hanya berharap pada sebetik angin Yang mengalir menerka pelipis..

Begitulah Hidup

seperti udara yang menghembus, layaknya air yang mengalir, layaknya api yang berkobar, begitulah hidup, kadang udara berhenti berhembus, kadang air berhenti mengalir, dan api berhenti berkobar.. tak usah kau risaukan bila tak ada hembusan angin, tak usah pula kau risaukan bila air menggenang, tak usah pula kau risuakan bila api padam, karena mereka ada untuk saling mengadakan dan mentiadakan begitulah hidup, semua terlihat alami dan biasa saja.. tak perlu kau risau, sayang..

Hujan, ku mohon

Hujan, Kenapa kau berhenti? Aku ingin menikmatimu lebih lama, Walau aku tak bisa lihat bintang dan bulan seperti biasa, Aku rela Asal kau masih bisa menyirami kedamaian hati supaya terus bersemi, Hujan, Apa kau marah padaku yang hanya melamun ini? Atau kau tak suka ku tunggui? Jelaskan padaku hujan, Agar angin tak lagi mentertawakanku dengan desiran yang halusnya. Hujan, Apakah airmu habis? Jika iya, Bisakah air mataku menggantikannya? Aku akan keluarkan semua jika memang bisa menggantikannya. Hujan, Tolong jawab, Tolong jangan berhenti, Tak apa kau bersahabat dengan petir, Aku sudi hanya memandangimu saja, Tak kau hiraukan juga tak apa, Asal kau jangan berhenti, Dan meninggalkanku pada keheningan seperti ini. Hujan, Kumohon, Merintiklah lagi.. Depok, 22 Juli 2013

Berbicara Dengan Tuhan #29

Aku tak pernah menyadari, Langkah mana yang sebenarnya memberi arti, Karena aku tertutup tabir, untuk mengenal-Mu lebih dekat, Tuhan. Dosaku dan hinaku yang menjadi tabir, menghalangiku untuk melihat-Mu, sampai-sampai ingin sekali kupinjam syair abu nuwas ilahi lastu lilfirdausiahla, walal aqwa 'alannariljahimi ilahi, Duh Gusti, aku memang tak pantas menjadi ahli surga-Mu, tapi Tuhanku, aku juga tak kuat siksa neraka-Mu, aku tak munafik, aku tak kuat disana. fahablitaubatan waghfir dzunubi, fainnaka ghofirudzambil'adzimi, maka, ampunilah dosaku, Wahi Gustiku, Karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun segala dosa dari yang sekecil zarrah sampai yang lebih besar dari jabal nur. lalu saat aku menikmati syair ini, lalu saat aku merasakan enaknya dzikir, apakah itu bukan nafsuku Tuhan? jika bukan nafsu, kenapa aku tidak bisa mencoba lagi? Tuhan, maka bukalah tabirku ini, ampunilah dosaku hingga aku tak merasakan apa-apa lagi saat berdzikir dan

Mencari

Aku ingin mencari taman Dimana bunga tumbuh, mekar dan layu, Bukan hanya untuk memetik dan menghirup kewangiannya. Aku ingin mencari arena pertarungan Dimana aku memukul dan dipukul, Menendang dan ditendang, Bukan hanya sebuah kebanggaan dan kemenangan. Aku ingin mencari sawah Dimana aku menanam padi, Menyianginya dari gulma, Mengatur irigasinya, Bukan hanya memanen dan menjualnya. Aku ingin mencari sekolah, Dimana aku bisa belajar hal yang baru, Belajar mengemukakan pendapat Bukan hanya belajar bagaimana mendapatkan nilai yang bagus. Aku ingij mencari pekerjaan Dimana aku mendapatkan pengalaman, Mengenal karakter manusia Mengenal cara berinteraksi Bukan hanya sekedar mengidam idamkan gaji yang tinggi. Aku ingin mencari kehidupan, Dimana hati bisa tenang, Alam fikir bisa mapan, Tindakan bisa santun dan sopan, Bukan hanya kemewahan dan kemegahan sandang pangan dan papan. Aku ingin mencarimu, Dimana hidup telah kucari Dimana luka terobati, Dimana duka tergant

Bulu yang jatuh

terbang, tak tentu kemana arah angin membawa mauku, lamunanku menjadi nahkoda, kemana anganku bertepi dari pelayarannya. terlalu singkat semua ranah telah tergapai, hanya tak tahu saja kalau ternyata belum pernah sampai, sekarang aku tak mengerti, atau sebanarnya sekarang ini aku mulai mengerti? seperti bulu yang lepas dari sayap sang elang, dia hanya menunggu aliran angin mengecil untuk jatuh dan terinjak, kau tak lagi gagah seperti dulu, hanya sehelai bulu yang tak beda dengan bulu lainnya, tak memberi manfaat dan hanya sampah belaka. tak bisa jua mencari tuan yang baru ataupun kembali ke yang lama, tuan memang akan merasa kehilangan, tapi lihatlah, saat bulan berganti, posisipun terganti oeh bulu baru yang tumbuh ditempatmu. ya sudahlah, ikhlaskan, kau memang harus beristirahat dengan tenang, dan merelakan bumi ini menjadi miliknya yang baru. Depok, 18 Juli 2013

Pemerintahan Hati

Entah, apakah aku akan mengkomuniskan hatiku, Atau biarlah ia berdemokrasi. Karena siapapun akan tahu, Hati ini telah lelah dengan semua tirani akal, Serta otoritas kaum parlemen norma-norma yang ada. Bila memang canda harus terbuka, Tembok pencegah bainal masyriqi wal maghrib harus hancur, Agar tak ada lagi terlantar Agar terlihat lagi tawa yang berkembang di wajah serdadu-serdadu yang bibirnya telah kaku. Lalu aku biarkan denyut nadi berdemonstrasi, Menuntut alirannya lebih lancar ke otak, Dan dibersihkan oleh hati.. Karena mereka sudah muak dengan bungkam yang menindas mereka. Sungguh,tak bisa ku harapkan. Aku hanya bisa pasrah pada ketidakpastian, Entah kapan berakhir, Dan akan terasa damai Dengan pemerintahan cinta.. Wonosobo, 9 Juli 2013

Mengintip Alam

kuintip jendela yang mengalirkan cahaya, ku lihat angin begitu ramai, berbagi canda tawa bersama dedaunan dan dahan pohon, apakah aku iri? sepertinya begitu, dalam gelap aku hanya bisa menikmati, tanpa bisa memiliki, lalu  kualihkan pandanganku pada gemericik sungai, betapa merdunya ia bersenandung dengan bebatuan aku menikmati alunananya, betapa damai yang terasa. apakah aku iri? sepertinya begitu, dalam gelap aku hanya bisa menikmati, tanpa bisa memiliki, lalu, saat kau datang mengajakku beradu derai tawa dengan angin dan pohon beradu alunan indah dengan air dan bebatuan, aku tak pernah iri lagi, karena aku bisa memeliki semua. Wonosobo, 8 Juli 2013

Sajak

bila kau ingin mencariku, tak perlu kau membaca arah mata angin, tak perlau jua kau mencari rasi bintang, cukup kau baca sajak-sajakku, maka kau akan menemukanku, dalam hatimu yang rindu, pada padang luas, penuh dandelion yang ditanam Tuhan untuk kita tiup dan terbangkan bersama. bila kau ingin melupakanku, tak perlu kau buang kenanganku, tak perlu kau pergi jauh dariku, tak perlu kau bersembunyi di ketiak-ketiak bumi, cukup kau bilang padaku, maka aku akan segera pergi, membawa semua kenangan, melawan arah mata angin, memejamkan mata dari rasi bintang, dan berhenti bersajak bersama angin, karena aku mencintaimu, seperti cinta yang tak pernah diungkapkan api pada air. Wonosobo, 8 Juli 2013

meminta purnama

sekarang, memang bukan saat purnama bisa dipandang, tapi aku ingin memandangnya, untuk menemani malamku yang sepi, dan mengisi kekeringan yang ada dalam hati, apakah aku akan mengganggu peredaran bulan? jika aku terus memaksakannya? atau matahari mau membantuku memberikan purnama padaku, malam ini. kalau tak ada yang membantu, aku akan pergi sendiri mencari, hanya arjuna kecil saja bisa mengalahkan raksasa, maka, akupun pasti bisa,, kalau tak bisa, maka biarkan purnama sebagai imajinasiku..

Dandelion

Angin mengalir begitu damai disebuah padang rumput yang hijau itu, saat matahari sepertinya mulai tergelincir ke barat dan menemani dua insan yang sedang berlarian dan berkerjaran sambil tertawa lepas. Seakan-akan tidak akan pernah ada masalah yang akan mereka hadapi. Dua bocah yang berambut ikal itu sepertinya menikmati pertemuan pertama mereka. Dua pasang mata yang sorotnya tak pernah padam dari kebahagiaan itu menari-nari mengikuti tubuh yang membawanya. Akhirnya, dehidrasi membuat mereka lelah dan terlentang memandang kelangit biru yang berteman awan putih jernih. Mungkin untuk anak seumuran mereka yang masih belasan tahun tak akan tahu filosofi awan yang sangat bagus, bagi mereka awan ketika putih adalah hiasan indah yang menghiasi langit dengan bentuk yang bisa mereka sesuaikan dengan keinginan hati mereka, dan ketika awan hitam adalah awan yang menjadi penghalangnya untuk bermain diluar. “Dek, lihat awan yang disana, bentuknya kayak ayam ya..” kata Kufa Masih dengan senyum di