Entah,
apakah aku akan mengkomuniskan hatiku,
Atau biarlah ia berdemokrasi.
Karena siapapun akan tahu,
Hati ini telah lelah dengan semua tirani akal,
Serta otoritas kaum parlemen norma-norma yang ada.
Bila memang canda harus terbuka,
Tembok pencegah bainal masyriqi wal maghrib harus hancur,
Agar tak ada lagi terlantar
Agar terlihat lagi tawa yang berkembang di wajah serdadu-serdadu yang bibirnya telah kaku.
Lalu aku biarkan denyut nadi berdemonstrasi,
Menuntut alirannya lebih lancar ke otak,
Dan dibersihkan oleh hati..
Karena mereka sudah muak dengan bungkam yang menindas mereka.
Sungguh,tak bisa ku harapkan.
Aku hanya bisa pasrah pada ketidakpastian,
Entah kapan berakhir,
Dan akan terasa damai
Dengan pemerintahan cinta..
Wonosobo, 9 Juli 2013