Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Kau yang Tahu

saat aku tak bisa mencintaimu dari setiap kata yang terucap pada setiap untaian rindu yang jua tak tersampaikan aku  hanya bisa mengingatmu, pada desir angin yang menerbangkan phoenix dan bilangan euler di pinggir danau. saat aku tak bisa mencintaimu dari setiap gerak yang terangkai pada setiap lambaian tangan atau jabat tangan yang kau berikan atau aku minta di hampir tengah malam di gerbong kereta saat kita akan berpisah saat ku tak bisa mencintaimu dari setiap pandang yang bertatap dibawah ribuan bintang yang menangis kesakitan atas semua pijakan yang berdampingan di sela gemuruhnya panggung yang memberi isyarat saat aku makan dengan lahap. saat aku benar benar tak bisa mencintaimu seperti manusia pada umumnya aku tak pernah takut kehilanganmu karena aku bisa mencintaimu dari bilik hati yang hanya diketahui hatimu Jakarta, 27 mei 2015

Tiba-Tiba

Masihku termenung, untuk mengingat saat tiba tiba datang membawa secangkir kopi, yang aku minum, nikmati, berteman senja, saat aku akhirnya menghabiskan kopinya dan setelah habis, aku masih menikmatinya walau tiba-tiba rasa kantuk datang bukan saat malam atau lelah yang datang tapi sesaat setelah kopi habis aku masih termenung, tidak mau tidur, saat kau tiba-tiba pergi. aku beranjak lagi, tapi seperti malas menikmati kopi Jakarta, 18 Mei 2015

Bertanya

Saat daun jatuh terhembus angin, Kemanakah cinta? Saat air mengalir ke muara, kemanakah rindu? Saat iringan awan mengantarkan hujan menemui tanah, Kemanakah kasih? Saat rembulan mengantarkan malam, Kemanakah sayang? Saat aku mengungkapkan dalam gerak, Kemanakah rasa? Depok, 9 Mei 2015

Menemani Jejak

teriring lembut ilalang yang saling berpegangan menangah angin yang menggoyangkannya ia tak mengeluh malah ikut menari sesuai irama yang dilantunkan angin jejak demi jejak aku langkahkan menginjak mereka bukan maksud menindas tapi memang harus menginjaknya ada langkah yang mengiring disamping walau aku sendiri tak tahu ia nyata atau tidak aku tak berani menolehkan mukaku bukan tidak berani, tapi belum berani sepertinya dan saat segenggam tangan menggenggam tanganku aku masih merasa pada sisi yang sama begitu hangat seperti yang ku bayangkan dan aku masih belum berani menengokkan mukaku entah karena auranya yang kuat atau karena aku yang belum siap Depok, 6 Mei 2015

Berlayar

Sedikit kilauan bening air laut tertempa matahari menemaniku dalam pelayaran yang sudah hampir 1/4 abad tak berhenti, jangankan untuk berhenti menetap, untuk sekedar berlabuh dan membuang sauh, saja aku tidak mampu. kadang aku berfikir bagaimana rasanya berlabuh dan menikmati daratan yang selalu ku dambakan. Mungkin aku bissa tersenyum mesra dengan melihat tanah yang subur itu. selama ini, semua daratan yang ku lihat dari kejauhan seperti hanya sekedar daratan biasa tak berkarakter kuat. Hanya sekedar daratan biasa yang kadang hewan pun tak tertarik untuk melihatnya, Angin laut yang asin masih mengalir deras dalam membumbui keringat yang keluar karena terik matahari. aku masih tetap duduk disekoci dengan tangan melingkar menopang dua kaki. pikiran dan khayalan masih menari nari mencari ruang untuk singgah dan menetap disudut sudut otak yang sebenarnya masih kosong. Kalau dunia ini begitu luas, bagaimana dengan ilmu pengetahuan yang mendasari semuanya? apakah tidak lebih luas dari lau