Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2015

Rindu dan Waktu (Part #3 : Bara)

Pada Rindu pernah ku tanyakan sebesar apa ia merasakan Bara, Rindu hanya bertanya balik, "kenapa harus Bara? rasakan tentang apa?" aku bingung,  cepat sekali dia membalikkan logikaku Alam semesta memang tak pernah punya logika yang pasti, kehadirannya pun masih menjadi misteri, pernah ingat teori big bang? atau teori yang lain, alam semesta juga pernah membuat galileo ditahan, pernah juga membuat newton dikenang sepanjang masa, tapi apakah itu menunukkan logika alam semsta pasti? aku rasa tidak. ah, memang untuk memberikan alasan yang diterima oleh nalar siapapun oleh logika siapapun memang tak mungkin. pantas jika Rindu menolak pertanyaanku tentang Bara. Bara, anak yang lahir dari gelora bangsa amarah dan nafsiah selalu menari saat senar gitar dipetik, selalu berteriak saat ada yang tak sejalan dengannya, selalu bergairah saat melihat apa yang disukainya. Bara, dia yang pernah mengajak Rindu berpetualang, dia yang datang u

Rindu dan Waktu ( Part #2 : kalimat rindu)

Ada hari dimana rindu mengulangi kata katanya pada waktu Ia mengulang-ulang kalimat tersebut berkali kali Sambil berteriak Menangis Sampai suaranya serak. Tak pernah rindu se emosional itu Biasanya dia hanya diam dan berkata sedikit sedikit Tapi entah mengapa kali ini, Dia seperti ini pada waktu Apa dia begitu marah? Atau sebenernya dia begitu sayang? Sepertinya kota hati mulai mendung Kilat kilat terselip diantara tumpukan awan yang hitam Angin juga tak kalah sibuk Mengibaskan gaun yang digunakan rindu dan waktu. Apa yang dikatakan rindu semakin lama semakin pelan Ditambah desiran angin yang suaranya mulai mengganggu telinga, Kota hati sepertinya menyimpan kalimat-kalimat rindu itu sendiri Dan waktu Tetap tak bergeming dari peraduannya.

Rindu dan Waktu ( Part #1 : Epilog yang tak terduga)

"Ada hati yang terlalu dalam untuk pernah dilukai, hingga kedip bintang dan siluet awan malam hanya menemani termenung. Ada ragu untuk memulai kembali, Hingga simpai keramat yang tertinggal hampir layu dipermainkan angin. Ada rasa yang tak terhapus pada memori, Hingga bujuk rayu tak membuatnya melangkah barang sejengkal. Manusia tak pernah tahu bagaimana hati diajari merasa untuk memulai menanan bibit bunga. Aku yang sedang berdamai dengan malam, Dititipi salam oleh gemerlap bintang." Tetiba, setiap kata meluncur begitu saja ketika aku memandang langit yang malam ini cerah dengan cahaya bulan menerangi biru kehitaman dibantu oleh cahaya gemerintik bintang. aku memandang pada setiap iringan awan yang berjalan pelan. Akhir-akhir ini Rindu yang tak pernah bisa berdamai dengan Waktu kembali menantang perang, banyak sekali amunisi yang telah ia siapkan untuk melawan waktu dan masa depan. Aku hanya menunggu kapan perang itu meletus, yang aku rasa sekarang, dibawah perang