Skip to main content

Rindu dan Waktu ( Part #1 : Epilog yang tak terduga)

"Ada hati yang terlalu dalam untuk pernah dilukai,
hingga kedip bintang dan siluet awan malam hanya menemani termenung.
Ada ragu untuk memulai kembali,
Hingga simpai keramat yang tertinggal hampir layu dipermainkan angin.
Ada rasa yang tak terhapus pada memori,
Hingga bujuk rayu tak membuatnya melangkah barang sejengkal.
Manusia tak pernah tahu bagaimana hati diajari merasa untuk memulai menanan bibit bunga.
Aku yang sedang berdamai dengan malam,
Dititipi salam oleh gemerlap bintang."
Tetiba, setiap kata meluncur begitu saja ketika aku memandang langit yang malam ini cerah dengan cahaya bulan menerangi biru kehitaman dibantu oleh cahaya gemerintik bintang. aku memandang pada setiap iringan awan yang berjalan pelan. Akhir-akhir ini Rindu yang tak pernah bisa berdamai dengan Waktu kembali menantang perang, banyak sekali amunisi yang telah ia siapkan untuk melawan waktu dan masa depan. Aku hanya menunggu kapan perang itu meletus, yang aku rasa sekarang, dibawah perang dingin Rindu dan Waktu, aku mengalami krisis rasa yang sangat dalam. Sepertinya Rindu mulai bergerilya memasuki kota hati yang sudah lama penjaganya lengah. Mereka sudah menguasi batas-batas kota dan beberapa rumah kecil di pinggir sungai.

Bala tentara rindu dengan semua senjata yang terpasang, membuat markas besar waktu mulai kelaakan dengan keangkuhannya selama ini. para pahlawan mungkin sekarang sedang tidur nyenyak dan tidak akan menyadari bahwa akan datang masa dimana mereka tak akan pernah bisa tidur dengan nyenyak lagi bersama keluarga mereka.

Begitu gemuruh rasa dalam dadaku saat imajinasi itu muncul semua dalam kota hatiku, pertikaian pertikaian kecil pemancing perang sudah seperti genderang perang yang ditabuhkan mengiringi tarian pembuka perang. aku sedikit demi sedikit meraba lagi perasaan dalam hatiku, mencoba berkomunikasi dengan rindu dan waktu.

Aku tak mengerti apakah aku harus membiarkan perang itu terjadi atau bertindak sekali lagi menjadi juru damai, walau ganjarannya damaiku diambil sepanjang hayat. Aku melihat rindu tak sedang bercanda seperti biasanya. Saat ini adalah pembuktian kata-katanya 3 tahun yang lalu, saat dia berjanji akan berperang mati-matian dengan waktu. dan saat ini, masa yang dijanjikan akan segera tiba.

Dalam diam, akhirnya aku memutuskan untuk melihat dan menikmati perang. Mungkin memang ini akhir dari cerita damai gencatan senjata mereka. Epilog yang tak terduga untuk sebiah prolog baru yang mungkin singkat, atau mungkin akan berkepanjangan. Bagaimanapun perang ini dan apapun yang terjadi, aku sudah menyampaikan salam dari langit malam yang juga menonton perang yang akan kau kobarkan, Rindu.

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.