Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Plot Favorit

“Aku mencintaimu dari sisi yang tak semua orang tahu. Aku menyayangimu dari arah yang tak satu mata anginpun tahu. Aku, yang hidup untuk mencari, Membuat rindu selalu mewarnai. Dari dekapan kilau air yang memantulkan senja.” Sepertinya hujan sengaja datang untuk membantu meredakan patah hati Ena yang hari ini menjadi hari pertama datang bulan setelah telat 6 hari. Patah hati yang datang dari pengharapan kita untuk memiliki buah hati yang sudah kita dambakan walau baru 3 bulan kita menikah. Ya, Ena adalah wanita yang sudah ku pilih untuk menjadi destinasi cinta kasih seumur hidupku. Tujuan dari janji suci yang kuucap di hadapan makhluk bumi dan langit. Aku masih ingat, saat sekitar 3 tahun lalu aku pertama kali melihatnya dan aku tak mampu mengungkapkan atau berkata sepatah kata pun padanya, hanya dalam hati aku bergumam. “Sepertinya akan menarik jika aku bisa hidup bersamanya”. Rasa yang mulai timbul itu tak membuatku tergesa gesa. Bukan karena aku tak mampu mengungkapkanny

Sungkem

Abah Hasyim, Begitu para santri biasa memanggil panjenengan. Saya masih ingat Di siang setelah shalat jumat di masjid Pesantren Panjenengan di belakang kampus, Saya melihat panjenengan yang menatap lurus kedepan, Dalam diam Tapi mungkin dengan segala wirid yang kau lantunkan dalam sanubari Panjenengan Begitu teduh Njenengan memandang langit depok yang cerah waktu itu. Dan saya, Yang sebatas ngaji sore dulu di pesantren mahasiswa panjenengan ini, Dan tak pernah istiqomah. Yang hanya sesekali datang khataman quran Dan hanya sekali menghadiri majlis ngaji al hikam panjenengan bakda subuh ini Hanya berani memandang Panjenengan dari jauh, Saat keluar dari masjid Ya, Saya berdiri lama Lama sekali, Pengen sekali mendekati dan sungkem Sungkem, Iya sekedar sungkem Walau Panjenengan pasti tak mengenal saya ini siapa. Saya tetap tak bergeming, Masih dalam kebimbangan Saya ingin sekali sungkem sama Panjenengan Tapi Saya juga takut mengganggu renungan panjenengan, Sampai

Menemukan

Aku tak menemukau dulu, Di sejenjang panas dan dingin Di tengah telaga yang bergemuruh Kadang bersama angin dan bertambah riuh. Aku tak menemukanmu dulu. Di setiap pencarian yang sia sia Atau sekedarnya saja Pada jalan jalan yang biasa kau lalui. Aku tak menemukanmu dulu Dirindu yang tak pernah menemukan tepi Hingga tak pernah bisa berlabuh Hanya terus beelayar tanpa tahu harua kemana. Atau mungkin saja aku menemukanmu dulu Pada bayang bayang yang dibuat matahari Dibawah pohon besar Rindang Dan tangkainya melambai Jadi aku tak peduli. Ah, Aku tak ingin mengulang waktu untuk bertemu lagi denganmu Karena kau tetap bayang bayang Dalam dimensi yang berbeda. Depok, 25 Februari 2017

Jalan

Ada Sedikit rasa yang kembali menusuk, saat aku sedikit gontai dan menahan badan supaya tak rubuh ini berjalan dan mencari sandaran. jalan yang belurus dan menanjak ingin ku buat berliku dan datar saja supaya aku tak kehabisan nafas dan terengah engah tapi, apa iya? kalau ku buat jalan itu datar dan berliku, aku siap menjalaninya akan lebih panjang sampai di ujung akan lebih banyak hal yang tak terduga dan tak terlihat di depan Ah, dasar manusia tak pernah mau barang sedikit bersujud syukur dengan apa yang sudah diterima terduga dan tanpa terduga. ceirta cinta Tuhan selalu saja mendebarkan. drama akan rindu dari manusia yang tak kunjung datang, membuat Tuhan mungkin sedang menunggu kapan hambanya ini kembali berserah diri pada-Nya. Tuhan mungkin tak pernah kaget, Jika makhluk-makhluk-Nya lupa untuk mencintinya, kok sampe mencinta, datang saja waktu ada yang diminta. Aku lanjut berjalan, dengan gontai tak terperi kembali dari lamunan sumpah serapah para man