Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Aku kangen kamu

Aku kangen kamu, kangennya itu banyak banget, seperti banyakanya buliran pasir yang kau injak sekarang dipadang arafah sana, tak ada orang yang tau jumlahnya atau mau menghitungnya, aku kangen kamu, kangennya itu seperti garis sejajar, yang sampai kapanpun dan sampai manapun diperpanjang tak akan ada yang nemu titik temunya, aku kangen kamu, kangennya itu kadang juga seperti garis berimpit, yang nggak terlihat mana garis satu, mana garis dua bener bener rekat sekali aku kangen kamu, kangennya itu kayak banyaknya bilangan real antara nol sampai satu, bisa sih kadang dihitung, tapi nggak akan selesai, aku kangen kamu, kanggnnya itu kayak senyummu yang tak pernah habis memberi keramahan pada sekeliling, dengan lekik pipi yang manis, aku kangen kamu, kangennya itu kayak jubah putih yang sekarang kamu gunakan, , menutup seluruh tubuhmu, lalu keindahannya cuma kamu yang tahu, aku kangen kamu, kangennya itu warnanya itu seperti slayer orange yang kau pakai saa

Hari tercerahkan

aku memandang pada hari yang tercerahkan, aku tak melihat kabut, yang kulihat hanya seberkas cahaya yang coba menyebar, merambat mengelilingi hari itu, tak ada lagi kegelapan, tak ada lagi keculasan, tak ada lagi kecurangan tak ada lagi kejahatan tak ada lagi pertempuran tak ada lagi pertikaian yang ada hanya harapan untuk melunasi hutang masa lalu lalu aku melihatnya, yang telah lama tak aku lihat, atau malah belum pernah, tawa anak kecil yang tulus, senyum orang dewasa yang ramah, tutur bijak dari kakek nenek didepan rumah menikmati sore, agama jadi jalan hidup, jadi laku, bukan lagi hanya sekedar ajaran dan pemisah halal haram. dan yang paling mengagetkan adalah tiba-tiba aku terbangun, dari semua mimpi indah siang ini Depok, 20 September 2013

Mencari Pertapa

Aku terus berjalan menyusuri tepian sungai yang tak kunjung kering, walau mentari sudah satu tahun lamanya terik membakar, dan saat aku melihat sekeliling, rindang pohon masih terlihat jelas menaungiku dibawah langit. aku tak beranjak dari setiap langkah lamunan yang aku pilih, aku tetap pada keteguhan hati mencari renungan pertapa, yang selalu mencintai dalam diam yang selalu menasehati dalam diam, yang selalu memberi ilmu dalam diam yang selalu tersenyum dalam diam yang selalu berbagi kearifan dalam diam yang selalu mengajari liku kehidupan dalam diam, dan membuatku berfikir memaknai diamnya. aku ikuti terus kelok sungai yang mengalir walau tajam tak peduli aku akan terjerambab, dan bahkan bertaruh nyawa, karena, disekelilingku butuh nasehat, yang menenangkan, bukan yang membakar serta merta. lalu jika aku sampai pada sang pertapa, aku akan duduk diam bersamanya tak banyak bicara, tak banyak cerita, semuanya biar mengalir, seperti aliran air yang aku ikuti