Skip to main content

Mencari Pertapa

Aku terus berjalan menyusuri tepian sungai yang tak kunjung kering,
walau mentari sudah satu tahun lamanya terik membakar,
dan saat aku melihat sekeliling,
rindang pohon masih terlihat jelas menaungiku dibawah langit.

aku tak beranjak dari setiap langkah lamunan yang aku pilih,
aku tetap pada keteguhan hati mencari renungan pertapa,
yang selalu mencintai dalam diam
yang selalu menasehati dalam diam,
yang selalu memberi ilmu dalam diam
yang selalu tersenyum dalam diam
yang selalu berbagi kearifan dalam diam
yang selalu mengajari liku kehidupan dalam diam,
dan membuatku berfikir memaknai diamnya.

aku ikuti terus kelok sungai yang mengalir walau tajam
tak peduli aku akan terjerambab,
dan bahkan bertaruh nyawa,
karena,
disekelilingku butuh nasehat,
yang menenangkan,
bukan yang membakar serta merta.

lalu jika aku sampai pada sang pertapa,
aku akan duduk diam bersamanya
tak banyak bicara,
tak banyak cerita,
semuanya biar mengalir,
seperti aliran air yang aku ikuti ini,
karena aku tahu,
dalam jalan diamnya,
ia punya seribu bahkan bermilyaran makna untuk dibagi,
padaku yang kosong
Padaku yang banyak omong.

Depok, 19-9-2013

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.