Bayang malam mulai menghakimiku,
Ia merasuk dalam setiap jengkal gelap yang ditemukan,
Entah dalam pendaran cahaya bintang,
Hingga bilik-bilik hati yang kerontang.
Aku menanjak dan melihat beringasnya,
Mencengkram setiap lentera yang ada disudut-sudut nadi,
Mencoba mencari jalan ke kerongkongan,
unuk keluar sebagai hembusan, tidak, sebagai semburan api amarahnya,
Namun,
limbung raga tak mampu goyahkan jiwa,
Ia masih tetap menari bersama nurani,
berdansa mesra,
Mengikuti melodi-melodi permai yang dari tadi terdendang,
Manis,
Di pojok taman yang yang tak terekam bayang.
Aku tetap masih berdiri,
bersiap menulis lagi pada kehidupan yang putih,
seperti sikap lembar putih tadi pagi,
ia tetap putih,
bersih,
sebersih daun yang terbasuh embun pagi..
Ia merasuk dalam setiap jengkal gelap yang ditemukan,
Entah dalam pendaran cahaya bintang,
Hingga bilik-bilik hati yang kerontang.
Aku menanjak dan melihat beringasnya,
Mencengkram setiap lentera yang ada disudut-sudut nadi,
Mencoba mencari jalan ke kerongkongan,
unuk keluar sebagai hembusan, tidak, sebagai semburan api amarahnya,
Namun,
limbung raga tak mampu goyahkan jiwa,
Ia masih tetap menari bersama nurani,
berdansa mesra,
Mengikuti melodi-melodi permai yang dari tadi terdendang,
Manis,
Di pojok taman yang yang tak terekam bayang.
Aku tetap masih berdiri,
bersiap menulis lagi pada kehidupan yang putih,
seperti sikap lembar putih tadi pagi,
ia tetap putih,
bersih,
sebersih daun yang terbasuh embun pagi..
Comments
Post a Comment