aku seperti terkapar oleh roda kehidupan yang menggilasku,
menepikanku pada akrobat-akrobat dipinggir jalan,
yang membuat aku aneh dan menjadi bahan hiburan dan tertawaan,
asal hati orang yang melihatnya senang,
merka datang silih berganti,
memintaku memainkan akrobat yang sama,
yang mengocok perut,
entah sebodoh apa yang aku lakukan,
dan mereka juga tak tanggung-tanggung
juga tak canggung-anggung untuk mengolok-olokku,
serta melemparkan entah apa yang bisa ia lemparkan.
asal hati mereka senang,
karena mereka tak pernah tahu isi hatiku,
atau memang ia tak mau tahu,
asal mereka senang,
menyaikitiku pun mereka tega,
karena aku hanya pemain akrobat menurut mereka,
yang tak pernah punya rasa,
atau perasaan.
hingga aku sekarang yang bertanya pada alam,
siapa yang sebenarnya tak berperasaan?
aku sang pemain akrobat ini atau mereka sang penonton?
ah, tak perlu aku cari kebenarannya,
aku hanya kaum marginal,
sedangkan kebenaran hanya milik mereka yang punya masa.
menepikanku pada akrobat-akrobat dipinggir jalan,
yang membuat aku aneh dan menjadi bahan hiburan dan tertawaan,
asal hati orang yang melihatnya senang,
merka datang silih berganti,
memintaku memainkan akrobat yang sama,
yang mengocok perut,
entah sebodoh apa yang aku lakukan,
dan mereka juga tak tanggung-tanggung
juga tak canggung-anggung untuk mengolok-olokku,
serta melemparkan entah apa yang bisa ia lemparkan.
asal hati mereka senang,
karena mereka tak pernah tahu isi hatiku,
atau memang ia tak mau tahu,
asal mereka senang,
menyaikitiku pun mereka tega,
karena aku hanya pemain akrobat menurut mereka,
yang tak pernah punya rasa,
atau perasaan.
hingga aku sekarang yang bertanya pada alam,
siapa yang sebenarnya tak berperasaan?
aku sang pemain akrobat ini atau mereka sang penonton?
ah, tak perlu aku cari kebenarannya,
aku hanya kaum marginal,
sedangkan kebenaran hanya milik mereka yang punya masa.
Comments
Post a Comment