Malam ini aku merasa menemukan kehidupanku yang dulu, kehidupan yang dipenuhi oleh kalimat-kalimat yang menyejukkan hati serta jagongan-jagongan yang bermakna. Ya, aku kembali menjadi kaum bersarung walau hanya sekedar nunut ngaji tanpa mukim. kenangan-kenangan lama tiba-tiba keluar begitu saja dalam benak ini, dan salah satu yang ingin aku share malam ini adalah tentang “ibarat”, kenapa “ibarat”? karena dengan menganalogikan suatu masalah, maka biasanya masalah itu menjadi mudah dan gampang diterima, ya ibarat kalau anak matematika mau menerjemahkan suatu permasalahan kedalam model matematis, selanjutnya ke algoritma sampai ke program. Tapi tenang aja, yang akan dibahas disini tidak akan serumit itu, aku cuma ingin mengibaratkan sesuatu supaya mudah diterima saja, insyaallah. Karena saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang susah menerima karena penjelasannya susah, atau terjerumus dalam suatu pemikiran yang sebenernya belum saatnya, jadi ya semoga saja tulisan ini bisa membatu.
Kalau lihat dari judul tulisan ini, yang terbesit dalam pikiran kita pasti, “ya mana bisa? penjumalahan aja masih bingung”, nah itu seperti yang terjadi di kebanyakan kita sekarang, banyak teman-teman saya (baca: mahasiswa) yang mereka tiba-tiba belajar ilmu-ilmu tasawuf, Aqidah, tafsir hadist, tafsir al-Quran, padahal mereka dasarnya aja belum belajar, sehingga sering salah pemahaman karena cuma bisa baca terjemahan, dan keras kepala, menganggap dia yang paling benar. Seperti yang kita tahu, untuk belajar aqidah, tasawuf yang sudah sampe maqom tinggi kita perlu mengetahui dulu ilmu-ilmu yang dasar, step by step kalau kata bahasa inggrisnya, seperti untuk belajar aqidah dimulai dengan kita mengetahui yang namanya “ ‘aqoid seket ”, begitu orang jawa menyebutnya, artinya aqidah yang 50. yang berisi 20 sifat wajib Allah, 20 sifat Mukhal Allah, 4 sifat wajib Rasul, 4 Sifat Mukhal Rasul, 1 Sifat jaiz Allah, dan 1 sifat Jaiz Rasul. kalau itu saja kita nggak ngerti, bagaiamana kita mau belajar aqidah yang lebih tinggi, seperti dimana tempat Allah, apakah di ‘arsy atau dimana, bagaimana eksistaensi Tuhan, apakah Tuhan mencitakan manusia atau manusia yang menciptakan Tuhan, dll. Nah, kalau tiba-tiba kita belajar hal-hal yang terkhir disebutkan tadi ya Menurutku IBARAT anak SD kelas satu langsung diajarin Integral. bisa salah pemahaman nantinya malah bisa-bisa gila natinya, hahaha, itu baru yang aqidah, begitu juga denga tasawuf, fiqh, Ilmu tafsir dan ilmu agama yang lain-lain. Tidak bisa instan kalau belajar, harus step by step, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib R.A pernah mengajarkan kepada kita dalam kitab Alala bahwa syarat mencari ilmu itu ada 6, yaitu Pintar, Bersungguh-sungguh, ada biaya, ada guru yang mengajari, dan lama masanya. untuk penjelasan poin demi poinnya insyaallah di postingan selanjutnya ya, doakan masih istiqamah nulis,hehehe…
Ya, kembali kebahasan materi, dipoin ke 6 itu adalah lama masanya, berarti kalau mencari ilmu itu tidak bisa instan, yang dimaksud disini harus step by step, dari yang palaing awam sampai ketingkatan hati, dari tingktan iman, sampai tingkatan ihsan, ya ibarat anak SD belajar 1 + 1 = 2, karena mereka belum belajar bilangan binner, coba kalau di bilangan binner, 1 + 1 sudah tidak sama dengan 2 lagi tapi dalam binner 1 + 1 = 10, nah bingung kan? ( bagi yang nggak belajar binner pasti bingung. ). ya seperti itulah belajar agama, jadi beruntunglah bagi yang dari kecil sudah belajar agama, dan jangan pernah berhenti, karen ailmu ini masih sangat luas dan berkembang, Tapi jangan berputus asa juga yang belum belajar agama dari dasar, mulailah dari sekarang, karena kala Rasulullah “tuntutlah ilmu dari liang kandungan sampai liang lahat!” So, tidak ada kata terlambat untuk kita semua.
semoga tulisan ini bermanfaat, maaf jika ada yang tersinggung, semoga bisa menjadi bahan renungan kita supaya tidak sombong dan sok pintar.. Amiin. :)
Kalau lihat dari judul tulisan ini, yang terbesit dalam pikiran kita pasti, “ya mana bisa? penjumalahan aja masih bingung”, nah itu seperti yang terjadi di kebanyakan kita sekarang, banyak teman-teman saya (baca: mahasiswa) yang mereka tiba-tiba belajar ilmu-ilmu tasawuf, Aqidah, tafsir hadist, tafsir al-Quran, padahal mereka dasarnya aja belum belajar, sehingga sering salah pemahaman karena cuma bisa baca terjemahan, dan keras kepala, menganggap dia yang paling benar. Seperti yang kita tahu, untuk belajar aqidah, tasawuf yang sudah sampe maqom tinggi kita perlu mengetahui dulu ilmu-ilmu yang dasar, step by step kalau kata bahasa inggrisnya, seperti untuk belajar aqidah dimulai dengan kita mengetahui yang namanya “ ‘aqoid seket ”, begitu orang jawa menyebutnya, artinya aqidah yang 50. yang berisi 20 sifat wajib Allah, 20 sifat Mukhal Allah, 4 sifat wajib Rasul, 4 Sifat Mukhal Rasul, 1 Sifat jaiz Allah, dan 1 sifat Jaiz Rasul. kalau itu saja kita nggak ngerti, bagaiamana kita mau belajar aqidah yang lebih tinggi, seperti dimana tempat Allah, apakah di ‘arsy atau dimana, bagaimana eksistaensi Tuhan, apakah Tuhan mencitakan manusia atau manusia yang menciptakan Tuhan, dll. Nah, kalau tiba-tiba kita belajar hal-hal yang terkhir disebutkan tadi ya Menurutku IBARAT anak SD kelas satu langsung diajarin Integral. bisa salah pemahaman nantinya malah bisa-bisa gila natinya, hahaha, itu baru yang aqidah, begitu juga denga tasawuf, fiqh, Ilmu tafsir dan ilmu agama yang lain-lain. Tidak bisa instan kalau belajar, harus step by step, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib R.A pernah mengajarkan kepada kita dalam kitab Alala bahwa syarat mencari ilmu itu ada 6, yaitu Pintar, Bersungguh-sungguh, ada biaya, ada guru yang mengajari, dan lama masanya. untuk penjelasan poin demi poinnya insyaallah di postingan selanjutnya ya, doakan masih istiqamah nulis,hehehe…
Ya, kembali kebahasan materi, dipoin ke 6 itu adalah lama masanya, berarti kalau mencari ilmu itu tidak bisa instan, yang dimaksud disini harus step by step, dari yang palaing awam sampai ketingkatan hati, dari tingktan iman, sampai tingkatan ihsan, ya ibarat anak SD belajar 1 + 1 = 2, karena mereka belum belajar bilangan binner, coba kalau di bilangan binner, 1 + 1 sudah tidak sama dengan 2 lagi tapi dalam binner 1 + 1 = 10, nah bingung kan? ( bagi yang nggak belajar binner pasti bingung. ). ya seperti itulah belajar agama, jadi beruntunglah bagi yang dari kecil sudah belajar agama, dan jangan pernah berhenti, karen ailmu ini masih sangat luas dan berkembang, Tapi jangan berputus asa juga yang belum belajar agama dari dasar, mulailah dari sekarang, karena kala Rasulullah “tuntutlah ilmu dari liang kandungan sampai liang lahat!” So, tidak ada kata terlambat untuk kita semua.
semoga tulisan ini bermanfaat, maaf jika ada yang tersinggung, semoga bisa menjadi bahan renungan kita supaya tidak sombong dan sok pintar.. Amiin. :)
Comments
Post a Comment