Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2012

Kangen Sendiri

dalam sendiriku, ku telurusi nikmat dingin lepas angin. aku lempar segala keramaian duniawi ku ganti dengan segala keramaian seruak-seruak alam aku seperti mendapat sebuah bisikan-bisikan yang menjadi renungan, aku kangen, ya, dalam sendiri ini aku kangen pada setiap penciptaan dan kebesaran Tuhan. cerita menikmati kehidupan seperti dinikmati, lalu lepas terhempas dan kembali sendiri, kembali kangen, lupa akan kelupaan selama ini terhadap Tuhan. semilir angin mengunci nadiku, tapi tak pernah bisa mengunci alam fikirku, untuk berlayar, berkelakar sesuai keinginan.

"Jika" Hujan

jika aku bisa mengarang hujan seperti aku mengarang puisi, akan aku karang hujan itu berakhir pelangi, selalu, karena rinduku memburu, pada toleransi perbedaan warna yang murni, sayang sekali, "jika" hanyalah sebuah kata, bukan sebuah mantra sihir, atau firman Tuhan untuk bumi ini, dan aku bukan penyihir, bukan juga Tuhan. hujan tetaplah hujan, yang berakhir dengan misteri, antara mendung, cerah,  gerimis, atau pelangi. yang ada kita berharap, dan berdoa "jika" hujan.. Depok, 25 Desember 2012

Berbicara Dengan Tuhan #16

Tuhan, malam ini aku ingin sekali bertanya, apakah perlu aku tunjukkan keislamanku, dengan meneriakkan kalimat-kalimat toyyibah? atau dengan kalimat-kalimat kebesaran milik-Mu? apakah perlu aku tunjukkan keimananku, dengan jubah-jubah atau baju-baju kearab-araban? apakah perlu aku tunjukkan keikhsananku, degan jenggot-jenggot lebat? atau dahi-dahi kehitaman? Tuhan, bukankah dengan toleransi kepada sesama kita telah menunjukkan keislaman kita, sebagai agama rahmatallil’alamin? bukankah dengan berfikir terbuka dan berucap selamat kepada siapapun, kita telah menunjukkan keimanan kita? bukankah dengan menghargai budaya, dan merawatnya dengan koridor syariat, kita telah menunjukkan keikhsanan kita? Tuhan, Ampunilah aku yang sok tahu ini, jika benar firman-Mu ada dalam setiap langkah manusia, maka aku yakin akan terangnya pelataran Agung-Mu. Ya Tuhanku, jadikanlah iman sebagai hatiku, jadikanlah islam sebagai tingkah lakuku, jadikanlah ikhsan sebagai pakaiank

Kontra

bila aku pernah berbait memakimu, itu adalah tamparan terhalus yang kuberikan, daripada saat aku harus memujimu barang sebaris, kau tahu rayuan? dunia ini mengucapkannya dengan sangat lembut, hingga tanpa sadar, alam bawah sadarmu mengejar. kau melihatnya seperti batu, padalah dia adalah sebingkah emas, kalu melihatnya seperti buliran pasir, padahal dia bijih besi yang siap dipanen, kau hanya menuduhnya dari luaran, tak kau lihat kedalaman ilmunya. selamat, kau mulai tersesat..

Posisi

saat aku menangis, itu bukan air mata ketakutan seperti yang kau lihat itu adalah tumpahan mimpi yang semakin dekat aku hanya sanggup berjalan, tak berlari seperti kalian aku hanya sanggup menulis sebaris tak berbait bait seperti kalian aku ragu kalau kalian masih melihatku punya mimpi, tapi aku tak perlu pengakuan aku hanya akan berjalan kemana hati ini menuntun jasad yang buta ini. cerita itu hanya milik kalian, aku dibelakang dan kalian tidak pernah menengok kebelakang, Lantas, apa yang bisa kalian lihat?! silahkan rayakan  kesenangan kalian, aku tetap berjalan datar tanpa menunduk, silahkan ratapi kesedihan kalian, aku akan datang tanpa kalian minta.

Berbicara dengan Tuhan #15

Tuhan, pasti kau sudah tahu, Jika aku kembali lagi pada-Mu pasti aku sedang dilanda kegelisahan. karena itu tabiat hamba-Mu ini. Tuhan, betapa beruntungnya aku pernah mengenal-Mu dan terus diberi nikmat untuk mengenal-Mu Kau tempatku berbagi, Kau tempatku meminta, Kau tempatku bersandar, dan Kau tempatku bermunajat dan menaruh cinta. Karena kau segalanya dalam hidupku Tuhan, aku malu dengan tabiatku, aku ingin mengenal-Mu lebih dekat, aku tak ingin syahadatku hanya sebuah bacaan dan ucapan. aku tak ingin shalatku hanya sebuah ritual, aku tak ingin zakatku hanya untuk menunjukkan harta yang Kau titipkan padaku aku tak ingin puasa Ramadhanku hanya sebuah kewajiban aku tak ingin niat hajiku hanya sebuah bentuk kesombongan, aku ingin syahadatku menjadi pintu aku menuju ridha-Mu aku ingin shalatku adalah saat-saat bermadu kasih dengan-Mu. aku ingin  zakatku menunjukkan Kekayaan-Mu Yang Maha Kaya aku ingin puasaku adalah saat-saat aku bersyukur atas segala nikmat-M

Bila saatnya

bila saatnya waktu mencari biarlah dia mencari kedalam bilik-bilik ke sela-sela bebatuan sampai ke celah-celah sempit yang dia temui Bila saatnya ia menghilang biarlah ia pergi tanpa arah biarlah ia berpetualang mencari lapang biarlah ia menikmati dunianya sampai ia benar-benar merasa bahagia bila saatnya keadaan kembali biarlah dia melihat biarlah dia mendengar biarlah dia merasakan sampai dia menangis akan arti sebuah pengorbanan. bila satnya waktu berhenti biarlah pencarian itu tersedak biarlah pengembaraan itu kembali biarlah keadaan itu terjadi dan biarlah pengorbanan itu menjadi kenangan.. Depok, 12-12-12

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Mulut

mereka seperti gemerlap perhiasan. sekumpulan emas, intan, dan permata, berusaha untuk dicari, berusaha untuk dimiliki. tapi dalam mereka ada lubang, yang bisa mengeluarkan semua isi dunia, dari yang paling busuk hingga paling manis, tanpa kadang terpilah dengan jelas, lubang itu ada dimana-mana, ketika masih dunia yang kau pijak, kau akan menemukannya, kau boleh tau, yang keluar itu bisa seburuk kotoran, tapi bisa juga seindah mutiara, tinggal lubangmu siap menerima atau tidak. bau busuk itu atau bau paling wangi itu.. Depok, 3 Desember 2012

Aku dan Serpihan itu

beranjak mendengus, semua kenangan berjajar seperti deret fibonacci semakin membesar dan membesar, tak seperti serpihan itu, semakin lama semakin terkikis, mengecil dan habis.. dan senandung sepi, mengiringi kalutnya serpih yang terkikis, oleh kenangan-kenangan itu.

Mutiara

aku lirik kearah jendela luar, rintik-rintik hujan menggoyangkan dedaunan, lalu mereka menari, sesuai nada rintik yang bermelodi, terawangku jauh pada senyum manis itu, yang tiba-tiba membelah rinai, memberi cahaya, lalu memunculkan pelangi dalam kelam hujan. lalu, senyum itu berubah tawa, mengembang, dan menbuat hati yang ciut menjadi lapang, kau seperti mutiara, yang pernah aku temukan dalam kerang, kau lembut, cantik, dan anggun untuk dipandang, kaulah hati yang bisa mendamaikan hati, embun disetiap kegersangan pagi, yang memberi, bukan menghakimi.. walaupn aku boleh rindukanmu, aku tak akan pernah merindukanmu, karena aku hanya ingin bersamamu, menghabiskan setiap rintik hujan, hingga awan tak mau menurunkannya lagi.  (Terimakasih untukmu yang menginspirasi) :) Depok, 2 Desember 2012

Hujan Pagi di Pantai

beriringan hujan dan angin mengiringi pagi, laut gemuruh hingga ketepi, saat aku masih berdiri menantang ombak, yang berdenyaran dan membentak, memecah disetiap karang-karang tegar. pantai mulai sunyi, hanya melodi ombak dan angin yang bernyanyi, detak jantung sudah mulai tak bergemuruh lagi, hanya berbisik tenang di setiap jengkal nadi. sepertinya sudah saatnya matahari membisu, kembali kebalik gunung dan memanasi hawa dingin disana, bukan lagi menemaniku dalam gemuruh ombak, yang berpacu dengan gemuruh didalam dada ini. serpih-serpih pasir mulai berterbangan menguji berdiriku, menyayat pipiku, membuat darah mengalir, lalu dibasuh rintik hujan tersayat lagi, berdarah lagi. dibasuh lagi, dan aku masih tegak berdiri, menikmati dburan ombak yang siap menerkamku..