aku lirik kearah jendela luar,
rintik-rintik hujan menggoyangkan dedaunan,
lalu mereka menari,
sesuai nada rintik yang bermelodi,
terawangku jauh pada senyum manis itu,
yang tiba-tiba membelah rinai,
memberi cahaya,
lalu memunculkan pelangi dalam kelam hujan.
lalu, senyum itu berubah tawa,
mengembang,
dan menbuat hati yang ciut menjadi lapang,
kau seperti mutiara,
yang pernah aku temukan dalam kerang,
kau lembut,
cantik, dan anggun untuk dipandang,
kaulah hati yang bisa mendamaikan hati,
embun disetiap kegersangan pagi,
yang memberi,
bukan menghakimi..
walaupn aku boleh rindukanmu,
aku tak akan pernah merindukanmu,
karena aku hanya ingin bersamamu,
menghabiskan setiap rintik hujan,
hingga awan tak mau menurunkannya lagi.
(Terimakasih untukmu yang menginspirasi) :)
Depok, 2 Desember 2012
rintik-rintik hujan menggoyangkan dedaunan,
lalu mereka menari,
sesuai nada rintik yang bermelodi,
terawangku jauh pada senyum manis itu,
yang tiba-tiba membelah rinai,
memberi cahaya,
lalu memunculkan pelangi dalam kelam hujan.
lalu, senyum itu berubah tawa,
mengembang,
dan menbuat hati yang ciut menjadi lapang,
kau seperti mutiara,
yang pernah aku temukan dalam kerang,
kau lembut,
cantik, dan anggun untuk dipandang,
kaulah hati yang bisa mendamaikan hati,
embun disetiap kegersangan pagi,
yang memberi,
bukan menghakimi..
walaupn aku boleh rindukanmu,
aku tak akan pernah merindukanmu,
karena aku hanya ingin bersamamu,
menghabiskan setiap rintik hujan,
hingga awan tak mau menurunkannya lagi.
(Terimakasih untukmu yang menginspirasi) :)
Depok, 2 Desember 2012
Comments
Post a Comment