Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2013

Pengharapan Renung

memang sebaiknya adalah menjadi kuat akan diri sendiri, bergantung hanya akan menyebabkan kekecewaan dalam hati. Berat? memang sangat berat, tapi tak ada harga murah untuk berlian yang mengkilat. karena butuh usaha keras juga untuk mendapatkannya. sore ini aku tersadar akan satu hal. ketika kita melakukan sesuatu kebaikan dimanapun, kapanpun, bagaimanapun,a papun, kepada siapapun, jangan pernah kita berfikir kalau suatu saat kau akan mendapatkan kebaikan yang sama seperti apa yang sekarang sedang kita lakukan. karena tak semua orang memiliki hati dan prioritas yang sama dalam hidupnya, mungkin kita yang terlalu pede atau terlalu berfikir bahwa dengan perlakuan baik ini nanti akan bisa berimbas pada kita sendiri suatu saat kelak. Hmm, sepertinya itu memang khayalan untuk kota semegah metropolitan ini. saat kau berbuat baik, langsung saja lupakan, dan berdoa supaya kau tidak perlu untuk ditolong seperti kau sedang menolong sekarang, bukan berdoa, semoga jika aku mengalaminya ada yang m

Berbicara dengan Tuhan #25

sempat aku mencoba membuka gerbang langit, melalui semua ibadah-ibadahku, lalu, tiba-tiba malaikat datang, pada hati, dan mengatakan, sombong sekali kau dalam ibadahmu, itu hanya sekedar nafsumu, lalu ku coba membuka pintu langit dengan amalku, sang setan datang bersama kroninya, lalu dengan pongah ia berkata, sudahlah, mari temani saja kami keneraka, amalmu itu tak lebih dari riya' dan ngujub, lalu dengan apalagi ku cuba buka pintu langit-Mu wahai Tuhanku.. memang hanay sifat rahman rahim-Mu lah yang dapat menolong hamba yang dzalim ini, Rabbana dzalamna angfusana, waillam taghfirlana, watarhamna lanaa kunanna minal khasiriin.. amiin

Berbicara dengan Tuhan #24

saat aliran suara itu merdu dalam bingkai renung yang dalam, aku terjerambab pada kenyataan dunia yang begitu riuh tanpa ada tongkat, hanya sekedar tekad yang tersiram minyak-minyak babi, terbumbui.. lalu ku coba dekap suara manis itu, suara tadabur pada sang Rahman, tadabur tentang segala terang kemunafikan, sampai-sampai suara petir mengglegar, lalu, aku menutup telinga, Astaghfirullah, apakah aku termasuk dalam kemunafikan yang Kau terangkan, Tuhan? Tuhan, maafkan kemunafikanku, yang disengaja ataupun tidak, dalam setiap laku, rasa, karya, dan segala apa yang aku punya.. Tuhan, aku takut pada-Mu.. saat matahari masih terbit, atau saat matahari tenggelam, tadaburku tak seindah mereka, tapi aku selalu berusaha, memperindah Engkau, dalam runduk bahasa hamba meminta ampunan dan Ridha-Mu..

Berbicara Dengan Tuhan #23

aku termenung dengan setumpuk pertanyaan menggunung tentang diriku, tentang kehambaan yang jadi perdebatan hati dan akal, lalu aku mencoba berjalan mencari jawabannya, saat aku melihat banyak manusia dengan semua perbedaan sifat-sifatnya, aku merasa siapa diriku diantara mereka dihadapan Tuhan nantinya, saat aku melihat betapa luasnya langit yang tak berbatas, aku merasa, siapa diriku saat dalam dekapan padang mahsyar yang begitu luas, saat aku melihat matahari yang begitu bermanfaat, aku merasa, siapa diriku diantara lautan manfaat yang telah diberikan sekitarnya. saat aku melihat pepohonan yang meliuk-liuk menari ditiup angin, aku merasa, siapa diriku diantara semua ketawadluan dan kepasrahan pepohonan terhadap Tuhannya, saat aku melihat hewan-hewan yang berkeliaran lalu lalang, aku merasa, dimana akalku yang katanya bisa lebih baik dari mereka, itu yang aku lihat, sehingga aku bisa memaknai, lalu bagaimana dengan yang menciptakan benda terlihat ini semua? kekuasaan

Kabut Rindu

apa benar yang aku rasakan? ini bukan sekedar duri yang menancap pada kehidupan, tapi ini sengatan lebah yang memberikan bengkak pada sekitarnya aku seperti orang gila, mencari rindu, mencari sepercik sinar matahari pada gelapnya malam, ah betapa bodohnya aku, aku memiliki rembulan, dan aku menginginkan matahari, sungguh rindu tak berperi yang sedemikian hebat, tapi alam melarangnya setahuku, aku tak memberi apa yang biasa akau beri, tapi aku menerima apa yang biasa aku terima, bahkan lebih, sampai aku bertanya pada angin, apakah engkau kuat menerimanya wahai angin? apa jawabnya, ini terlalu menakjubkan, silaunya membuatku tak bisa membawanya, sepertinya kabut itu yang membawa rasa, menyembur pada penjuru rindu, lalu meninggalkannya semena-mena, tak berikan aku bernafas dengan semua itu, aku terlalu berekspektasi, semua seperti tak terpatri. sekarang biar aku terbang, aku tak peduli lagi, aku ingin sebebas aku memeluk matahari walau mati, mati denga kete

Berbicara Dengan Tuhan #22

Tuhan, kini aku datang dengan segala kesah dalam hati, aku seperti tertampar oleh semua hujan yang datang tiba-tiba dari terang yang tanpa berawan, Tuhan, saat kau gelapkan malam, aku meminta terangnya siang, saat kau terangkan siang,  aku minta gelapnya malam, itulah aku Tuhan, Makhluk-Mu yang tak pernah bersyukur oleh semua nikmat-Mu Tuhan, aku datang dengan segalah perih dihati, dan aku tak pernah datang barang sedikit dengan bahagia di hati, aku menyadarinya, dan memohonkan ampun untuk diriku yang semna-mena. Tuhan, Masihkah neraka begitu jauh dariku seperti saat aku bayi? masihkah surga begitu dekatnya dariku seperti sebelum balighku? atau sekarang sudah berkebalikan, Neraka yang begitu dekat, dan surga yang begitu jauh dari hamba-Mu yang hina ini? Tuhan, dalam derap langkahku, aku memohon ampun dengan mencoba ikhlas beristighfar, aku memohon ampun dengan segala pasrah pada-Mu walau aku tahu, aku selalu bigini, tapi ak

Jalan Singkat

saat ku rindu pada malam kau dengungkan sedikit nyanyian yang lama ku ingin dengar, aku seperti melihat kedamaian yang abadi pada hati yang hilang seperti menepi dari pelayaran maha panjang nan melelahkan, aku risau saat rindu ini tiba-tiba terjawab olehmu, aku seperti menerima hadiah yang selalu kudambakan,  tapi aku tak pernah berani memilikinya, bukan karena takut,  tapi merasa tak pantas memilikinya,  lalu kau dekap aku,  sebagai pertanda hati itu benar adanya.. aku seperti kesurupan,  aku seperti ditengah-tengah,  antara ingin menghindar atau ingin bahagia. benar-benar tak percaya dengan semua ini.. lalu kicau burung mengiringi kita terbang pada semua masa lalu yang sama, tidak,  tak hanya burung, tapi deru mobil juga mengiringinya. disitulah kau genggam semua hatiku,  kau biarkan hatiku menari,  dan kita menikmatinya. lalu, saat aku harus sendiri lagi,  setelah jalan singkat ini selsai ku benar-benar kejang merindu. berharap kau datang lagi disaat aku

Serapah Pohon

kutunda kucuran air wudlu membasuh muka, karena tiba-tiba pohon mengajakku berbincang, mendebatkan tentang angin yang tak terlihat tapi terasa, tapi sore ini sedikit lebat, seperti mau mengoyak semua isi batang sang pohon, Saat sakral menjadi jarak antar logika, semua terkayuh pada sami'na wa atha'na, ini bukan tentang tadzim sepertinya, tapi lebih karena tidak mengerti.. lalu, apa pantas aku hentikan cacian pohon itu? iya berkoar-koar seperti tadi karena kesal hidupnya hampir saja diakhiri, jadi wajarlah, tapi? bagaimana kalau anak-anak mendengar segala serapah itu? kata orang tua zaman dulu kan tidak boleh, tapi apa peduli? mereka malah sekarang lebih pintar berserapah. sepertinya katupan rindu pohon pada kedamaian angin telah menjalar dalam tubuhnya, sampai ke akar paling ujung. sampai semua serapah itu datang, ah.. memang terlalu banyak alasan untuk mencari sebab serapah. tak pelak orang-orang bodoh itu menghakimi sendiri, semua yang tak sama di

Selamat Jalan Nek..

in memorian : Mbah Rayi Salimah, 2 mei 2013 jiwa bocah ini tiba-tiba ingin kembali, mengarungi lautan masa kecil saat kau memanggilku dengan merdu, menimang, memberikan kasih sayang.. walau usiamu begitu senja, kau masih tetap semangat mengikuti kemana langkah kakiku pergi, kau ajari aku berbagai shalawat kepada nabi, kau ajari aku tentang konsistensi sebuah amalan, kau ajari aku sebuah kerinduan terhadap Sang Rasul.. saat aku terlelap, kau dekap aku dengan segala kasih sayang yang kau punya, kau gendong aku ketika jalan yang kita tempuh begitu jauh.. lalu kau ajari aku membuat mainan dari ilalang saat istirahat perjalanan. Nek, jika memang waktu ini bisa diputar, aku ingin selalu disampingmu, membagi kisah dan mencoba membalas kasih sayang yang kau curahkan tak henti seperti mata air yang teduh dan menyegarkan. walau hanya sekedar kasih sayang yang tak sebanding. walau hanya sekedar senyuman yang terlempar. nek, dalam hariku, aku merindukanmu saat usia bena

Menunggu Mozaikku

ku sapa rindu pada sunyi yang membeku. seperti berjalan di pelataran mimpi yang kau bangun sendiri dari reruntuhan puing asa yang berserakan, kau kumpulkan, lalu kau buat mozaik yang indah. apakah kau begitu menikmatinya dalam kesendirian, sampai kau tak mau menyapa matahari, atau sekedar mendengar dendang melodi angin yang bergesekan. aku merindukan semua mozaik yang kau buat, lalu kau berikan dengan senyum manis lalu pergi tanpa berkata dan bertanya, hanya untuk menghindari pujian ataupun cercaan. sekarang kau berada dalam mozaikmu sendiri, dan aku hanya bisa melihat dari pelataran kau bercengkrama dalam kebohongan sepi, karena ku tahu hatimu ingin terbang bebas diluar sana. lalu aku pergi membawa rindu ini lagi, membiarkanmu menemukan sendiri. semoga kau cepat kembali membuat mozaik-mozaik diluar sana. Depok, 2 Mei 2013