Skip to main content

Berbicara Dengan Tuhan #23

aku termenung dengan setumpuk pertanyaan menggunung tentang diriku,
tentang kehambaan yang jadi perdebatan hati dan akal,
lalu aku mencoba berjalan mencari jawabannya,

saat aku melihat banyak manusia dengan semua perbedaan sifat-sifatnya,
aku merasa siapa diriku diantara mereka dihadapan Tuhan nantinya,
saat aku melihat betapa luasnya langit yang tak berbatas,
aku merasa, siapa diriku saat dalam dekapan padang mahsyar yang begitu luas,
saat aku melihat matahari yang begitu bermanfaat,
aku merasa, siapa diriku diantara lautan manfaat yang telah diberikan sekitarnya.
saat aku melihat pepohonan yang meliuk-liuk menari ditiup angin,
aku merasa, siapa diriku diantara semua ketawadluan dan kepasrahan pepohonan terhadap Tuhannya,
saat aku melihat hewan-hewan yang berkeliaran lalu lalang,
aku merasa, dimana akalku yang katanya bisa lebih baik dari mereka,
itu yang aku lihat,
sehingga aku bisa memaknai,

lalu bagaimana dengan yang menciptakan benda terlihat ini semua?
kekuasaan yang tak terbatas yang memang pantas menguasai.
aku tak bisa melihatnya, alau aku bisa merasakannya,
aku seperti dipukul oleh semua kesombonganku,
aku seperti dihajar oleh semua sifat 'ujubku,
karena harusnya aku sadar,
siapa aku, dan dimana aku berpijak sekarang,
lalu setelah aku sadar,
kenapa aku masih tidak sudi untuk direndahkan?
setinggi apa sebenarnya kesombonganku itu?

aku seperti lebur dalam tabir yang mencoba aku buka,
walau tanpa laku, apalagi rasa,
hanya kata-kata yang mengalir karena rindu pada-Nya.

aku ingin bertemu sang nabi untuk menanyakan keadaannya,
aku ingin bertemu sang Sahabat untuk menanyakan keadaan Nabiku,
aku ingin bertemu sang tabi'in untuk menanyakan keadaan Sahabat Nabiku
aku ingin bertemu tabi'it tabi'in untuk menanyakan keadaan tabi'in,
tapi kepada siapa aku harus bertemu untuk menanyakan keadaanku?

Tuhan, bolehkah aku lebur dalam asma-Mu yang agung,
Dalam jalan-Mu yang menjadi misteri.

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.