aku termenung dengan setumpuk pertanyaan menggunung tentang diriku,
tentang kehambaan yang jadi perdebatan hati dan akal,
lalu aku mencoba berjalan mencari jawabannya,
saat aku melihat banyak manusia dengan semua perbedaan sifat-sifatnya,
aku merasa siapa diriku diantara mereka dihadapan Tuhan nantinya,
saat aku melihat betapa luasnya langit yang tak berbatas,
aku merasa, siapa diriku saat dalam dekapan padang mahsyar yang begitu luas,
saat aku melihat matahari yang begitu bermanfaat,
aku merasa, siapa diriku diantara lautan manfaat yang telah diberikan sekitarnya.
saat aku melihat pepohonan yang meliuk-liuk menari ditiup angin,
aku merasa, siapa diriku diantara semua ketawadluan dan kepasrahan pepohonan terhadap Tuhannya,
saat aku melihat hewan-hewan yang berkeliaran lalu lalang,
aku merasa, dimana akalku yang katanya bisa lebih baik dari mereka,
itu yang aku lihat,
sehingga aku bisa memaknai,
lalu bagaimana dengan yang menciptakan benda terlihat ini semua?
kekuasaan yang tak terbatas yang memang pantas menguasai.
aku tak bisa melihatnya, alau aku bisa merasakannya,
aku seperti dipukul oleh semua kesombonganku,
aku seperti dihajar oleh semua sifat 'ujubku,
karena harusnya aku sadar,
siapa aku, dan dimana aku berpijak sekarang,
lalu setelah aku sadar,
kenapa aku masih tidak sudi untuk direndahkan?
setinggi apa sebenarnya kesombonganku itu?
aku seperti lebur dalam tabir yang mencoba aku buka,
walau tanpa laku, apalagi rasa,
hanya kata-kata yang mengalir karena rindu pada-Nya.
aku ingin bertemu sang nabi untuk menanyakan keadaannya,
aku ingin bertemu sang Sahabat untuk menanyakan keadaan Nabiku,
aku ingin bertemu sang tabi'in untuk menanyakan keadaan Sahabat Nabiku
aku ingin bertemu tabi'it tabi'in untuk menanyakan keadaan tabi'in,
tapi kepada siapa aku harus bertemu untuk menanyakan keadaanku?
Tuhan, bolehkah aku lebur dalam asma-Mu yang agung,
Dalam jalan-Mu yang menjadi misteri.
tentang kehambaan yang jadi perdebatan hati dan akal,
lalu aku mencoba berjalan mencari jawabannya,
saat aku melihat banyak manusia dengan semua perbedaan sifat-sifatnya,
aku merasa siapa diriku diantara mereka dihadapan Tuhan nantinya,
saat aku melihat betapa luasnya langit yang tak berbatas,
aku merasa, siapa diriku saat dalam dekapan padang mahsyar yang begitu luas,
saat aku melihat matahari yang begitu bermanfaat,
aku merasa, siapa diriku diantara lautan manfaat yang telah diberikan sekitarnya.
saat aku melihat pepohonan yang meliuk-liuk menari ditiup angin,
aku merasa, siapa diriku diantara semua ketawadluan dan kepasrahan pepohonan terhadap Tuhannya,
saat aku melihat hewan-hewan yang berkeliaran lalu lalang,
aku merasa, dimana akalku yang katanya bisa lebih baik dari mereka,
itu yang aku lihat,
sehingga aku bisa memaknai,
lalu bagaimana dengan yang menciptakan benda terlihat ini semua?
kekuasaan yang tak terbatas yang memang pantas menguasai.
aku tak bisa melihatnya, alau aku bisa merasakannya,
aku seperti dipukul oleh semua kesombonganku,
aku seperti dihajar oleh semua sifat 'ujubku,
karena harusnya aku sadar,
siapa aku, dan dimana aku berpijak sekarang,
lalu setelah aku sadar,
kenapa aku masih tidak sudi untuk direndahkan?
setinggi apa sebenarnya kesombonganku itu?
aku seperti lebur dalam tabir yang mencoba aku buka,
walau tanpa laku, apalagi rasa,
hanya kata-kata yang mengalir karena rindu pada-Nya.
aku ingin bertemu sang nabi untuk menanyakan keadaannya,
aku ingin bertemu sang Sahabat untuk menanyakan keadaan Nabiku,
aku ingin bertemu sang tabi'in untuk menanyakan keadaan Sahabat Nabiku
aku ingin bertemu tabi'it tabi'in untuk menanyakan keadaan tabi'in,
tapi kepada siapa aku harus bertemu untuk menanyakan keadaanku?
Tuhan, bolehkah aku lebur dalam asma-Mu yang agung,
Dalam jalan-Mu yang menjadi misteri.
Comments
Post a Comment