Skip to main content

Kabut Rindu

apa benar yang aku rasakan?
ini bukan sekedar duri yang menancap pada kehidupan,
tapi ini sengatan lebah yang memberikan bengkak pada sekitarnya
aku seperti orang gila,
mencari rindu,
mencari sepercik sinar matahari pada gelapnya malam,
ah betapa bodohnya aku,
aku memiliki rembulan, dan aku menginginkan matahari,
sungguh rindu tak berperi yang sedemikian hebat,
tapi alam melarangnya

setahuku,
aku tak memberi apa yang biasa akau beri,
tapi aku menerima apa yang biasa aku terima,
bahkan lebih,
sampai aku bertanya pada angin,
apakah engkau kuat menerimanya wahai angin?
apa jawabnya,
ini terlalu menakjubkan,
silaunya membuatku tak bisa membawanya,

sepertinya kabut itu yang membawa rasa,
menyembur pada penjuru rindu,
lalu meninggalkannya semena-mena,
tak berikan aku bernafas dengan semua itu,
aku terlalu berekspektasi,
semua seperti tak terpatri.

sekarang biar aku terbang,
aku tak peduli lagi,
aku ingin sebebas aku memeluk matahari
walau mati,
mati denga keteguhan dihati..

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.