memang sebaiknya adalah menjadi kuat akan diri sendiri, bergantung hanya akan menyebabkan kekecewaan dalam hati. Berat? memang sangat berat, tapi tak ada harga murah untuk berlian yang mengkilat. karena butuh usaha keras juga untuk mendapatkannya.
sore ini aku tersadar akan satu hal. ketika kita melakukan sesuatu kebaikan dimanapun, kapanpun, bagaimanapun,a papun, kepada siapapun, jangan pernah kita berfikir kalau suatu saat kau akan mendapatkan kebaikan yang sama seperti apa yang sekarang sedang kita lakukan. karena tak semua orang memiliki hati dan prioritas yang sama dalam hidupnya, mungkin kita yang terlalu pede atau terlalu berfikir bahwa dengan perlakuan baik ini nanti akan bisa berimbas pada kita sendiri suatu saat kelak. Hmm, sepertinya itu memang khayalan untuk kota semegah metropolitan ini. saat kau berbuat baik, langsung saja lupakan, dan berdoa supaya kau tidak perlu untuk ditolong seperti kau sedang menolong sekarang, bukan berdoa, semoga jika aku mengalaminya ada yang menolong seperti layaknya aku menolongnya. karena didunia ini tanpa hidayah-Nya dan kasih sayang yang timbul dalam hati manusia, semua itu tidak akan ada, eits bukan berarti aku mempunyai kasih sayang lebih, aku cuma mempraktekkan apa yang ku pelajari dari emak, tentang rasa peduli.
itu tadi pelajaran pertama, pelajaran yang kedua adalah saat tubuh yang lemah dan keadaan yang memaksa untuk beristirahat ini telah memberiku waktu untuk kembali berkonsentrasi kepada sifat kehambaanku kepada-Nya, saat aku mendapat sebuah pelajaran menarik dari novel Fauz Noor tentang rasa sakit, aku menyimpulkannya seperti ini :
"hidup adalah seni mengolah rasa sakit, entah itu sakit jiwa ataupun raga, jangan pernah menganggap kebahagiaan itu akan datang tanpa rasa sakit, karena menurut saya kebahagiaan itu hanya ada ketika kita bisa mengolah rasa sakit dengan benar, yang nyata itu rasa sakit, jadi bukalah hatimu untuk rasa sakit itu.."
memang, dua hari ini pemandanganku hanya sebatas langit-langit kamar, gordin lusuh, pintu, kalender, papan tulis kecil berisi janji dan semua hiasan kamarku, sangat sempit ketimbang beberapa hari ini yang aku habiskan diberbagai tempat. tapi ada satu hal yang aneh, aku merasakan kelapangan yang sangat ketika aku merasakan sempitnya kamar ini, seperti aku melihat dunia yang luas dan bebas hingga aku bisa berimajinasi seperti apa yang aku mau. ketimbang diluar yang secara kasat mata terlihat luas, tapi imajinasiku sangat sempit, hanya terbatas pada materialisme dan kehampaan. sedangkan dua hari ini, imajinasiku menyelami dengan sangat sangat dalam apa yang sedang aku rasakan, aku lihat dan aku fikirkan. aku seperti menjadikan ruang kamar ini sebagai lahan berimajinasi mendekatkan diri pada-Nya, walau hanya sekedar imajinasi, tapi telah membuat hati ini tenang dan kembali menimbulkan rindu pada luasnya cakrawala ilmu.
semoga ini tak hanya sekedar pengharapan, tapi aku memang akan merasa terlahir kembali setelah masa-masa ini terlalui.
Depok, 30 mei 2013
sore ini aku tersadar akan satu hal. ketika kita melakukan sesuatu kebaikan dimanapun, kapanpun, bagaimanapun,a papun, kepada siapapun, jangan pernah kita berfikir kalau suatu saat kau akan mendapatkan kebaikan yang sama seperti apa yang sekarang sedang kita lakukan. karena tak semua orang memiliki hati dan prioritas yang sama dalam hidupnya, mungkin kita yang terlalu pede atau terlalu berfikir bahwa dengan perlakuan baik ini nanti akan bisa berimbas pada kita sendiri suatu saat kelak. Hmm, sepertinya itu memang khayalan untuk kota semegah metropolitan ini. saat kau berbuat baik, langsung saja lupakan, dan berdoa supaya kau tidak perlu untuk ditolong seperti kau sedang menolong sekarang, bukan berdoa, semoga jika aku mengalaminya ada yang menolong seperti layaknya aku menolongnya. karena didunia ini tanpa hidayah-Nya dan kasih sayang yang timbul dalam hati manusia, semua itu tidak akan ada, eits bukan berarti aku mempunyai kasih sayang lebih, aku cuma mempraktekkan apa yang ku pelajari dari emak, tentang rasa peduli.
itu tadi pelajaran pertama, pelajaran yang kedua adalah saat tubuh yang lemah dan keadaan yang memaksa untuk beristirahat ini telah memberiku waktu untuk kembali berkonsentrasi kepada sifat kehambaanku kepada-Nya, saat aku mendapat sebuah pelajaran menarik dari novel Fauz Noor tentang rasa sakit, aku menyimpulkannya seperti ini :
"hidup adalah seni mengolah rasa sakit, entah itu sakit jiwa ataupun raga, jangan pernah menganggap kebahagiaan itu akan datang tanpa rasa sakit, karena menurut saya kebahagiaan itu hanya ada ketika kita bisa mengolah rasa sakit dengan benar, yang nyata itu rasa sakit, jadi bukalah hatimu untuk rasa sakit itu.."
memang, dua hari ini pemandanganku hanya sebatas langit-langit kamar, gordin lusuh, pintu, kalender, papan tulis kecil berisi janji dan semua hiasan kamarku, sangat sempit ketimbang beberapa hari ini yang aku habiskan diberbagai tempat. tapi ada satu hal yang aneh, aku merasakan kelapangan yang sangat ketika aku merasakan sempitnya kamar ini, seperti aku melihat dunia yang luas dan bebas hingga aku bisa berimajinasi seperti apa yang aku mau. ketimbang diluar yang secara kasat mata terlihat luas, tapi imajinasiku sangat sempit, hanya terbatas pada materialisme dan kehampaan. sedangkan dua hari ini, imajinasiku menyelami dengan sangat sangat dalam apa yang sedang aku rasakan, aku lihat dan aku fikirkan. aku seperti menjadikan ruang kamar ini sebagai lahan berimajinasi mendekatkan diri pada-Nya, walau hanya sekedar imajinasi, tapi telah membuat hati ini tenang dan kembali menimbulkan rindu pada luasnya cakrawala ilmu.
semoga ini tak hanya sekedar pengharapan, tapi aku memang akan merasa terlahir kembali setelah masa-masa ini terlalui.
Depok, 30 mei 2013
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete