Skip to main content

Serapah Pohon

kutunda kucuran air wudlu membasuh muka,
karena
tiba-tiba pohon mengajakku berbincang,
mendebatkan tentang angin yang tak terlihat tapi terasa,
tapi sore ini sedikit lebat,
seperti mau mengoyak semua isi batang sang pohon,

Saat sakral menjadi jarak antar logika,
semua terkayuh pada sami'na wa atha'na,
ini bukan tentang tadzim sepertinya,
tapi lebih karena tidak mengerti..

lalu,
apa pantas aku hentikan cacian pohon itu?
iya berkoar-koar seperti tadi karena kesal hidupnya hampir saja diakhiri,
jadi wajarlah,
tapi?
bagaimana kalau anak-anak mendengar segala serapah itu?
kata orang tua zaman dulu kan tidak boleh,
tapi apa peduli?
mereka malah sekarang lebih pintar berserapah.

sepertinya katupan rindu pohon pada kedamaian angin telah menjalar dalam tubuhnya,
sampai ke akar paling ujung.
sampai semua serapah itu datang,
ah..
memang terlalu banyak alasan untuk mencari sebab serapah.

tak pelak orang-orang bodoh itu menghakimi sendiri,
semua yang tak sama dikata salah,
dengan atas nama suci mereka merusak,

lihatlah, pohon pun tak sebodoh itu,
ia berserapah dengan beribu alasan, tak seperti kau,
lihatlah,
lihatlah dengan air wudlu,
supaya lebih jernih wajah dan pikirmu.

Depok, 7 mei 2013

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.