Skip to main content

Plot Favorit


“Aku mencintaimu dari sisi yang tak semua orang tahu.
Aku menyayangimu dari arah yang tak satu mata anginpun tahu.
Aku, yang hidup untuk mencari,
Membuat rindu selalu mewarnai.
Dari dekapan kilau air yang memantulkan senja.”

Sepertinya hujan sengaja datang untuk membantu meredakan patah hati Ena yang hari ini menjadi hari pertama datang bulan setelah telat 6 hari. Patah hati yang datang dari pengharapan kita untuk memiliki buah hati yang sudah kita dambakan walau baru 3 bulan kita menikah. Ya, Ena adalah wanita yang sudah ku pilih untuk menjadi destinasi cinta kasih seumur hidupku. Tujuan dari janji suci yang kuucap di hadapan makhluk bumi dan langit.

Aku masih ingat, saat sekitar 3 tahun lalu aku pertama kali melihatnya dan aku tak mampu mengungkapkan atau berkata sepatah kata pun padanya, hanya dalam hati aku bergumam. “Sepertinya akan menarik jika aku bisa hidup bersamanya”. Rasa yang mulai timbul itu tak membuatku tergesa gesa. Bukan karena aku tak mampu mengungkapkannya, tapi karena aku tak mau gegabah bermain api untuk perempuan yang kurasa benar-benar sempurna untukku. Setahun berlalu. Walaupun hanya satu kalimat yang menghubungkan kita, namun tak membuat rasa di hati ini luntur. Sampai pada akhirnya aku memberanikan diri untuk menyapanya melalui foto walang sembah yang ia pamerkan di instagram.

Semakin lama, keakraban membawa kami untuk saling mengenal dan memahami. Untuk saling membahu dan berbagi. Aku semakin mencintainya lebih dari yang kubayangkan. Kini tak hanya dari cara bicaranya, tapi juga dari pancaran matanya, keluasan hatinya dan visi hidup yang sama untuk bermanfaat bersama. Kesadaran bahwa suatu saat tinggal nama yang akan kita tinggalkan di dunia ini, membawa kita pada mimpi dan visi menjadi orang yang akan mengabdikan diri pada dunia pendidikan dan bersenang di hari tua dengannya.

Ena adalah sosok pendiam yang mempunyai senyum manis, tutur katanya halus, cara berfikirnya tertata rapih, dan tindakannya luwes penuh kasih sayang. Pekerjaan sebagai mentor kelas 1 madrasah setingkat SD menunjukkan bagaimana kesabaran selalu menjadi jati dirinya. Aku suka saat ia pulang dari pekerjaannya dan menceritakan apa yang sehari itu terjadi. Aku suka cara dia memperlakukanku dan menyayangiku. Dari hal-hal kecil seperti secangkir kopi yang baunya membangunkan tidurku, hingga hal yang paling aku suka, yaitu caranya meredam setiap pikiranku yang selalu menggebu-gebu dengan alasan logis yang penuh pertimbangan matang.

Aku selalu kagum padanya, ia bisa menghabiskan kata-kata yang biasanya tak pernah berhenti mengalir dari alam pikirku. Tapi aku tak membenci keadaan ini. Aku menikmatinya. Mencintainya seperti membaca sebuah novel mahakarya. Tak pernah bisa ditebak halaman berikutnya. Selalu bisa membuat tiba-tiba tersenyum, tiba-tiba sedih, tiba-tiba cemas, tiba-tiba diam, dan tiba-tiba kagum.

Selama aku mencintainya, aku banyak menulis tentangnya dalam sebuah blog yang memang aku khususkan untuknya. Memang cinta selalu memberi inspirasi lebih bagi pemiliknya. Aku masih ingat puisi pertama yang ku tuliskan untuknya, sebuah puisi yag menjadi mimpi dan cinta yang kutawarkan. Ada satu bait yang masih ku ingat dan selalu memberiku semangat untuk terus berjalan bersamanya mengarungi luasnya dunia. Begini petikan puisinya :

“Aku ingin mencintaimu seperti ini,
dengarkan lagi,
seperti ini.
menggandengmu dan berjalan bersama sambil menghimpun emosi bahagia
melewati jalan jalan yang berbeda beda
kadang jalan terjal menuju ke puncak dataran tertinggi
kadang jalan pasir di deburan ombak yang lembut
kadang jalan lapang di sabana yang luas
kadang jalan batu yang berumur ribuan tahun
kadang jalan es putih yang sekali lagi asing untuk kita
kadang jalan gurun yang terik dari atas dan bawahnya
kadang jalan rawa yang menyimpan matahari terbenam
dan yang pasti jalan menuju pintu rumah yang mempunyai puncak emosi bahagia tertinggi.”

Ya, aku masih ingat sekali saat Ena beberapa hari terakhir ini mengingatkanku akan janji kita untuk berkeliling menikmati debur ombak dan riuh angin di tengah sabana. Aku ingin sekali membelikannya kamera DSLR baru untuk teman kita berjalan mengelilingi keindahan alam ini. Dan sepertinya http://www.elevenia.co.id/ctg-kamera menjadi pilihan yang cocok untuknya. Aku masih ingat ceritanya saat berburu foto dengan kamera lama hadiah dari ayahnya itu. Saat ia berjalan-jalan, sepertinya tak ada sudut yang luput dari lensanya. Saat Ena bercerita tentang kenangan-kenangan itu, aku selalu membayangkan bisa membelikannya kamera DSLR yang bagus dan kita bisa membuat sebuah buku bersama dengan hasil "jepretan" Ena sebagai karyanya, dan tulisanku menceritakan foto itu sebagai pelengkapnya.

Aku sangat ingin mengobati patah hatinya hari ini. Aku tak mau kalah dari rintik hujan yang dengan derainya mampu menenangkan istriku dan membawa kesedihannya meresap menjadi saripati bumi dan kembali datang sebagai mata air yang menyegarkan. Pilihan kamera-kamera dari elevenia ini pasti akan menjadi hadiah menarik untuk mengembalikan keceriaan dan gairahnya lagi untuk terus berusaha dan menjalani harinya. Karena aku tahu, keinginannya untuk mengabadikan setiap panorama alam dan kehidupan yang megah tak pernah mati di dalam hatinya.

Mencintai bukan hanya tentang saling berbagi, tapi juga bagaimana kita saling mengisi dalam cerita yang kita tulis bersama. Aku yakin, pada alur cerita manapun dalam hidupku setelah ini, kamu tetap akan menjadi plot favorit yang bernama cinta.



Depok, 2 April 2017

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.