aku menciumnya,
bau tanah yang tadi sore tersiram air hujan,
sangat lekat,
dan teresap,
walau tak mampu melembabkan hati yang gersang.
bayangnya masih nampak nyata,
walau matahari telah ditenggelamkan oleh senja,
entah bayang itu datang dari cahaya yang mana lagi,
karena,
malam ini aku tak melihat bulan dan gemintang.
hanya kabut dan awan gelap yang bergelayut berat.
aku masih terpaku,
melihat bayang itu beranjak pergi,
yang sesekali menoleh,
tidak,
bukan sesekali,
tetapi setiap dua langkah sekali.
aku tak bisa menahannya untuk tetap tinggal,
tapi aku juga tak bisa menyuruhnya pergi,
maafkan aku bayang,
kau harus terlantar dalam alam fikirku
yang tak pernah punya waktu untuk membiarkanmu melayang.
depok, 27 oktober 2012. 20:44
bau tanah yang tadi sore tersiram air hujan,
sangat lekat,
dan teresap,
walau tak mampu melembabkan hati yang gersang.
bayangnya masih nampak nyata,
walau matahari telah ditenggelamkan oleh senja,
entah bayang itu datang dari cahaya yang mana lagi,
karena,
malam ini aku tak melihat bulan dan gemintang.
hanya kabut dan awan gelap yang bergelayut berat.
aku masih terpaku,
melihat bayang itu beranjak pergi,
yang sesekali menoleh,
tidak,
bukan sesekali,
tetapi setiap dua langkah sekali.
aku tak bisa menahannya untuk tetap tinggal,
tapi aku juga tak bisa menyuruhnya pergi,
maafkan aku bayang,
kau harus terlantar dalam alam fikirku
yang tak pernah punya waktu untuk membiarkanmu melayang.
depok, 27 oktober 2012. 20:44
Comments
Post a Comment