Tadi, sempat aku pinjam bahasa cinta senja yang jingga dan menawan, tetapi sepertinya temaram malam terlalu pekat untuk tahu bahasa cinta sang senja. aku sempat tak mengerti apa yang harus aku lakukan bila bertemu malam, aku tak punya bahasa cinta universal, aku juga tak tahu bahasa cinta malam yang dingin itu. yang aku bisa, hanya meminjam bahasa cinta sang mentari saat indahnya berada di ufuk timur atau ufuk barat. Oh iya, sampai lupa bahwa aku belum meminjam bahasa cinta sang rembulan, mungkin ia tahu bahasa cinta sang malam. Namun, apakah itu mungkin? cahaya cinta sang bulan saja hanya pinjaman dari mentari. bagaimana ia punya bahasa cinta sendiri? haruskah aku bertanya pada gemerlap bintang yang saling senyum dan bertegur sapa itu? Ah, sepertinya aku terlalu pesimis.
Memang, seperti yang sudah ku bilang, aku tak mempunyai bahasa cinta yang diminta malam. padahal aku sangat mencintainya, aku mencintai kepekatannya, kehitamannya, kedalamannya, ketenangannya, kejujurannya, dan aku sangat paham, ketika semua orang mengatakan ia gelap, aku tak setuju, karena kegelapan yang mereka katakan hanya terlihat oleh kasat matanya, sedangkan hakikat kegelapan mutlak itu tak pernah ada. cinta selalu saja begini. tak pernah mau tahu keadaan sang pecinta, ia hanya tahu keadaan yang dicinta.
rinduku pada malam seperti rindu yang tak seorangpun tahu, tidak tidak, bukan tak seorangpun tahu, tapi lebih tepatnya tak ada seorangpun yang mau tahu hal itu. buat apa mencinta malam jika siang lebih nyata dan lebih memberi keindahan? pasti begitu pikir mereka, kalian tidak tahu kawan, pesona malam sangat indah, lebih indah dari semua tatanan warna pelangi disaat cahayanya terbias oleh rintik hujan.
malam, kau pasti mendengar semua jeritku kan? ini jerit perindumu, ini jerit pecintamu yang sejati. aku berani mengaku yang sejati karena aku belum menemukan saingan untuk bersaing mendapatkan cintamu. tapi maaf, aku belum menemukan bahasa cinta yang kau minta..
Depok, 1 Juni 2013
Memang, seperti yang sudah ku bilang, aku tak mempunyai bahasa cinta yang diminta malam. padahal aku sangat mencintainya, aku mencintai kepekatannya, kehitamannya, kedalamannya, ketenangannya, kejujurannya, dan aku sangat paham, ketika semua orang mengatakan ia gelap, aku tak setuju, karena kegelapan yang mereka katakan hanya terlihat oleh kasat matanya, sedangkan hakikat kegelapan mutlak itu tak pernah ada. cinta selalu saja begini. tak pernah mau tahu keadaan sang pecinta, ia hanya tahu keadaan yang dicinta.
rinduku pada malam seperti rindu yang tak seorangpun tahu, tidak tidak, bukan tak seorangpun tahu, tapi lebih tepatnya tak ada seorangpun yang mau tahu hal itu. buat apa mencinta malam jika siang lebih nyata dan lebih memberi keindahan? pasti begitu pikir mereka, kalian tidak tahu kawan, pesona malam sangat indah, lebih indah dari semua tatanan warna pelangi disaat cahayanya terbias oleh rintik hujan.
malam, kau pasti mendengar semua jeritku kan? ini jerit perindumu, ini jerit pecintamu yang sejati. aku berani mengaku yang sejati karena aku belum menemukan saingan untuk bersaing mendapatkan cintamu. tapi maaf, aku belum menemukan bahasa cinta yang kau minta..
Depok, 1 Juni 2013
Comments
Post a Comment