pendar memulai semua rasuk cahaya dalam mata,
kadang terawang membelah karang
untuk terus berlayar,
tak takut akan karam saat semua mata gentar,
ia hanya menyembunyikan takutnya pada rindu,
ia berjuang untuk membuktikan cinta,
karena ia tahu,
yang hakiki ada diantara mereka,
ini bukan bahasa syekh siti jenar,
atau ki ageng pengging,
tidak juga ini bahasa al halaj dari jazirah arab,
ini hanya bahasa mata yang tak kuat disangga nafsu.
keitka ia berusaha tersenyum,
rasanya alam banyak tak menerimanya,
bukan karena jijik,
tapi karena mereka tak tahu,
ia tersenyum pada sang Maha Senyum yang tak diketahui siapapun,
dan dipesisir itu,
ia mencoba memecahkan sandi-sandi langit yang bak karang,
ia mengeja arah matahari,
ia mengeja sinar angin,
lalu ia menancapkan satu pengikat pandang yang tajam,
untuk dijelajahi
dan menari bersama para sufi..
Depok, 2 Juni 2013
kadang terawang membelah karang
untuk terus berlayar,
tak takut akan karam saat semua mata gentar,
ia hanya menyembunyikan takutnya pada rindu,
ia berjuang untuk membuktikan cinta,
karena ia tahu,
yang hakiki ada diantara mereka,
ini bukan bahasa syekh siti jenar,
atau ki ageng pengging,
tidak juga ini bahasa al halaj dari jazirah arab,
ini hanya bahasa mata yang tak kuat disangga nafsu.
keitka ia berusaha tersenyum,
rasanya alam banyak tak menerimanya,
bukan karena jijik,
tapi karena mereka tak tahu,
ia tersenyum pada sang Maha Senyum yang tak diketahui siapapun,
dan dipesisir itu,
ia mencoba memecahkan sandi-sandi langit yang bak karang,
ia mengeja arah matahari,
ia mengeja sinar angin,
lalu ia menancapkan satu pengikat pandang yang tajam,
untuk dijelajahi
dan menari bersama para sufi..
Depok, 2 Juni 2013
Comments
Post a Comment