Skip to main content

Lalu

tak kaget jika tiba-tiba aku berbicara "lalu", karena sesungguhnya ku telah memulai semua yang kau katakan itu. hanya saja mungkin aku tak mengerti kalau yang sebenarnya telah kau cita-citakan itu telah aku jadikan laku dan renungan. singkatnya ketika aku bertanya "lalu" apa? berarti aku masih respek untuk mendengarkanmu sebagai pengingatku. Mungkin ini adalah sebuah kesombongan yang terasa dibuat-buat, tapi ini semua kulakukan untuk menutupi semua nostalgia indah yang pernah kita lalui pada derit pintu, bersama hembus angin dan rindang seluruh pephonan yang mau menemani dan menjadi saksi, belum lagi jika kita ingat malam-malam yang telah memberikan waktu pada rindu ini untuk terus membara, malam yang dingin, serasa ingin dihangatkan oleh kobaran rindu yang kita ciptakan.

Ini tidak sekedar tentang kata "lalu" yang mudah diartikan tentang masa yang sudah kita lewati, ini adalah tamparan untuk masa depan, "lalu" yang bertanya apa selanjutnya. kau harus tahu itu, karena rindu yang kau bakar bersama hatiku ini telah membekaskan luka yang tak terasa sakit tapi tetap ada, dia hanya sesekali menampakkan bahwa hati ini sudah cacat terbakar. tapi aku tidak menyalahkan kau seluruhnya, aku hanya berkata bahawa aku yang telah salah, berani bermain api pada hatiku sendiri.

ah, memang kata "lalu" tak semudah yang terucap, dan maknanya tak sedangkal hanya menunjukkan waktu, tapi kenangan dan mimpi-mimpi ada semua pada makna itu. jika kau rindu kau boleh mengucapkan "lalu" ini pada alam, dan ketika kau merencanakan masa depan, kau juga boleh bertanya pada hatimu "lalu" apa yang harus aku lakukan?

"Lalu"? masihkah kau berdiam dengan semua masa "lalu"mu, atau kamu bingung dengan tanya "lalu" untuk masa depanmu? mari berdiam sejenak, renungkan, "lalu" laksanakan..

Depok, 2 Juni 2013

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.