Malam begitu sunyi, sayup-sayup angin menerpa siluet wajah yang remang oeh lampu kamar. Tapi dalam kesunyian ini bukan suara jangkrik yang aku dengar seperti waktu kecil dulu, aku hanya mendengar desah angin dan sesekali suara kendaraan yang melintas. Langit sepertinya sedang sehati dengan bumi, ia juga tak menampakkan bulan setengahnya, pun juga dengan bintang-bintangnya, semua terasa benar-benar pekat hingga tak bia dibedakan antara sepi dan kedamaian.
Aku masih terduduk di depan pintu kamar dan menghadap ke langit yang pekat, sunyi, sepi, dan sendiri. Aku mengartikannya sebagai sebuah kekosongan, bukan lagi kedamian. Bagiku kedamaian adalah ketika aku berbagi cerita, aku tersenyum, tertawa, atau bahkan menangis bersama orang-orang yang aku sayangi, atau ketika aku bermunajat, bersimpuh, dan meminta kepada Tuhanku. Dan kedamaian itu tidak berharga, karena kita tidak bisa membelinya. Dia akan datang ketika dia mau dan hati kita mau menerimanya. Sedangkan yang aku rasakan adalah kekosongan, hampa, sampah, terasing, dan terbuang. Entah kenapa aku merasa begitu di tempat yang katanya disebut kota tujuan orang datang mencari uang.
sepintas masih aku cari alunan-alunan merdu sang peramu lagu dari desiran alam, tapi entah kenapa benar-benar sunyi telah menyekap ribuan gelombang-gelombang suara yang merdu dan riuh rendah membawa sedikit kedamaian.
malam, maafkan aku, malam ini aku datang memberimu gundahku lagi..
selamat malam, malam. semoga esok kau mendengarkan cerita yang tak bernada sumbang lagi dari mulutku..
Aku masih terduduk di depan pintu kamar dan menghadap ke langit yang pekat, sunyi, sepi, dan sendiri. Aku mengartikannya sebagai sebuah kekosongan, bukan lagi kedamian. Bagiku kedamaian adalah ketika aku berbagi cerita, aku tersenyum, tertawa, atau bahkan menangis bersama orang-orang yang aku sayangi, atau ketika aku bermunajat, bersimpuh, dan meminta kepada Tuhanku. Dan kedamaian itu tidak berharga, karena kita tidak bisa membelinya. Dia akan datang ketika dia mau dan hati kita mau menerimanya. Sedangkan yang aku rasakan adalah kekosongan, hampa, sampah, terasing, dan terbuang. Entah kenapa aku merasa begitu di tempat yang katanya disebut kota tujuan orang datang mencari uang.
sepintas masih aku cari alunan-alunan merdu sang peramu lagu dari desiran alam, tapi entah kenapa benar-benar sunyi telah menyekap ribuan gelombang-gelombang suara yang merdu dan riuh rendah membawa sedikit kedamaian.
malam, maafkan aku, malam ini aku datang memberimu gundahku lagi..
selamat malam, malam. semoga esok kau mendengarkan cerita yang tak bernada sumbang lagi dari mulutku..
Comments
Post a Comment