Berteman denting hujan yang tak biasa, memberi sedikit makna pada lembayung yang menunggu senja. Air mengalir gemericik dari sela-sela genting seperti air terjun dalam ukuran kecil. tak kalah cantiknya dengan air yang menetes dari daun ke daun, berkejaran mengikuti arah gravitasi bumi.
Ah.. sungguh indah hujan siang ini, menemaniku merenung sepi, entah apa yang ada di benak para manusia di sekitarku, tapi aku tidak peduli, hujan ini tetap indah untukku.
Aku berharap pekabisa melihat lagi pelangi setelah hujan ini, aku menunggu dan terus menunggu, tapi hujan bertambah deras, deras dan deras, langit pekat dan semakin pekat, tapi aku masih duduk termenung menunngunya, menunggu keindahan kebersamaan para warna yang berpadu menjadi simphoni keindahan dan mengisyaratkan kedamaian dan toleransi dalam kebersmaan yang beragam. Air benar-benar seperti di tumpahkan dari langit dengan derasnya, sepertinya para malaikat sangat sedih melihat banyak khalifah di bua kalami ini mengingkari Sang Penciptanya. Sebenarnya aku juga tak tahu, apakah memang manusia diciptakan untuk ingkar, atau sangat pintarnya iblis menjerumuskan manusia? tapi kasihan iblis juga kalau selau di kambing hitamkan dengan semua keingkaran yang pernah kita lakukan, memang sudah ada MOU nya antara Tuhan dengan Iblis untuk menyesatkan anak cucu adam, tapi kenapa kita harus selalu menyalahkan iblis? kenapa kita tidak pernah mengambil kaca dan melihat diri kita sendiri di kaca itu dan menginstropeksi diri?
Hm, membicarakan itu tidak pernah akan selesai, aku ingin kembali menikmati hujan lagi saja yang sudah mulai merintik dan kepekatan menghilang dari langit, tapi tidak berganti pelangi, malah berganti kilatan petir dan gemuruhnya, ah apa-apaan ini, sepertinya harapanku akan kosong lagi, aku harus menunggu hujan yang lain untuk melihat pelangi.
gambar dari : http://4.bp.blogspot.com/_bSp4QvSCv7w/TJCFuafkqXI/AAAAAAAAABQ/M0djchR9Qfs/s1600/rainbow.jpg
Comments
Post a Comment