waktu aku iseng-iseng lihat-lihat puisi W.S Rendra di internet, tiba-tiba saja aku merasakan sebuah aura yang berbeda di sebuah puisinya yang berjudul "Makna Sebuah Titipan". dalam puisi itu aku merasakan benar-benar sebuah makna yang lama sekali aku tak sadari dan banyak orang melupakannya, ini dia puisinya :
MAKNA SEBUAH TITIPAN
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
"Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku."
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah…
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja."
W.S. Rendra
"mengesankan dari sebuah keikhlasan"
Dalam puisi ini yang aku tangkap rendra ingin mengatakan kepada kita, betapa beratnya kita kehilangan benda-benda, orang-orang dan semua yang kita sayangi di dunia ini yang kita sering sebut-sebut sebagai titipan NYA. coba kita tinjau dari logika kita, yang namanya titipan kalau diambil ya wajalah, orang kita cuma dititpin, tapi kenapa kita sering merasa berat ketika titipan Tuhan itu diambil oleh yang punya? kita sering sedih dan menganggap itu sebagai musibah. Ya, aspek keikhlasan sangat ditekankan disini sebagai sebuah hal yang sangat berat kita lakukan dalam kehidupan kita.
Berfikir terbuka, logika yang cerdas dan iman yang kuat sangat dibutuhkan untuk mendalami dan melakukan sebuah keikhlasan, untuk menerima semua ketentuan Tuhan dan berdamai dengan takdir.
Dan ketika kita perhatikan kalimat terakhir dari puisi itu "Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja." kita akan mendapatkan sebuah makna yang sangat dalam tentang kesia-siaan kita meratap dan ptus asa. Semoga Tuhan menjadikan keikhlasan sebagai nyawa dalam setiap tindakan kita, Amiin...
sepertinya kita butuh banyak bersyukur ya mas..
ReplyDelete