aku ambil tangkup demi tangkup air wudhu,
lalu aku basuhkan pada mukaku hingga kakiku
aku dirikan shalat, secepat yang aku dapat,
entah sebagai bentuk kehambaanku terhadap-Mu,
atau hanya memenuhi kewajibanku
lalu aku tengadahkan tanganku, aku berdoa
dalam runduk dan khusyuk, aku meminta,
Tuhan, berikan apa yang aku inginkan.
sesaat angin mengalir lembut,
membelai kelembutan dari segala kelembutan
menelisik hati hingga ia berbisik,
“kau anggap apa shalatmu itu?
kenapa lebih kau khusyukkan panjatan do’amu ketimabang shalatmu?
apa karena shalat itu kewajibanmu dan bukan kebutuhanmu?
apa karena tidak ada yang kau minta dalam shalatmu?
apa karena tidak ada yang kau tuju dalam shalatmu?
siapa yang sebenarnya butuh?
Tuhanmu kah? atau dirimu sendiri?”
aku tersentak,
terhempas oleh kelembutan angin yang mulai mengiris imanku,
aku tertunduk malu pada Tuhanku.
Tuhan,
luruskanlah langkahku,
kuatkanlah imanku,
dalam kelembutan kasih sayang dan ampunan-Mu.
lalu aku basuhkan pada mukaku hingga kakiku
aku dirikan shalat, secepat yang aku dapat,
entah sebagai bentuk kehambaanku terhadap-Mu,
atau hanya memenuhi kewajibanku
lalu aku tengadahkan tanganku, aku berdoa
dalam runduk dan khusyuk, aku meminta,
Tuhan, berikan apa yang aku inginkan.
sesaat angin mengalir lembut,
membelai kelembutan dari segala kelembutan
menelisik hati hingga ia berbisik,
“kau anggap apa shalatmu itu?
kenapa lebih kau khusyukkan panjatan do’amu ketimabang shalatmu?
apa karena shalat itu kewajibanmu dan bukan kebutuhanmu?
apa karena tidak ada yang kau minta dalam shalatmu?
apa karena tidak ada yang kau tuju dalam shalatmu?
siapa yang sebenarnya butuh?
Tuhanmu kah? atau dirimu sendiri?”
aku tersentak,
terhempas oleh kelembutan angin yang mulai mengiris imanku,
aku tertunduk malu pada Tuhanku.
Tuhan,
luruskanlah langkahku,
kuatkanlah imanku,
dalam kelembutan kasih sayang dan ampunan-Mu.
Comments
Post a Comment