Tiba –
tiba saja lamunanku melayang jauh ke sebuah bangunan yang sangat sederhana,
terdiri dari beberapa ruang pertemuan yang hanya berisi karpet tua, dampar
(meja kecil), dan tumpukan kitab tua yang mempunyai khazanah ilmu sangat
melimpah ruah. Masih terekam dengan jelas di benakku aku dan beberapa temanku
duduk bersila di depan dampar dan menghadap kitab baru yang ilmunya tetap tua
dan sangat mendalam maknanya. Dan lamunanku pun mengerucut pada suatu sore
ketika kita mengkaji kitab “durrotun nasihin”, dalam kesempatan itu pak kiai
sedang menceritakan tentang seorang nabi yang iberi tugas oleh Tuhan untuk
melakukan semua apa yang di perintahkan oleh Tuhan terhadapanya, dan penggalan yang
sangat aku ingat adalah perintah terkhir Tuhan dalam pejalanan nabi itu,
“ ....
Tuhan berfirman pada sang Nabi, “jika kau bertemu sesuatu maka tolonglah.” Dan
ketika Sang nabi meneruskan perjalanannya, dia bertemu dengan seekor burung
elang yang sedang mengejar anak ayam untuk dijadikan makanannya, sang nabi pun
langsung teringat pada firman Tuhannya, bahwa dia harus menolong. Tanpa
berfikir panjang ia pun langsung menyelamatkan sang ayam, saat itu juga sang
elang menghampiri sang nabi, dia berkata, “hai nabi, aku dari kemarin belum
makan, dan anak ayam itu adalah makananku untuk menyambung hidup, maka berikan
anak ayam itu kepadaku.” Sang nabi pun tiba-tiba terhenyak, ia sadar ketika ia
menolong sang ayam, maka ia telah membiarkan elang itu mati kelaparan, dan jika
ia menolong sang elang maka ia membiarkan ayam itu mati dimakan elang. Akhirnya
dia berfikir keras, sayangnya juga ia tak membawa bekal daging, akhirnya ia
memutuskan untuk mengambil pisaunya dan mengiris sebagian dari pahanya untuk
dikasihkan kepada sang elang dan ia pun membiarkan sang ayam untuk hidup...”
Kisah
itu masih terngiang-ngiang dalam benakku, sebuah kisah yang mengajarkan kita
tentang bagaimana dan apa yang harus kita lakukan ketika menjadi seorang
pemimpin, ketika menjadi seorang pemimpin kita harus rela berkorban untuk
kemaslahatan yang dipimpin, tak peduli itu orang miskin ataupun orang
kaya,lemah ataupun kuat, berkuasa ataupun rakyat biasa, yang membutuhkan
pertolongan, dialah yang wajib ditolong, asalkan itu masih dalam koridor
nilai-nilai kebaikan. Di era sekarang ini kita sangat merindukan pemimpin yang
seperti disebutkan diatas, karena kebanyakan dari pemimpin bangsa ini hanya
mementingkan kelompok tertentu dan mengabaikan yang lain.
Semoga
kita menjadi pemimpin yang peduli dan mengayomi kepada apa dan siapa yang kita
pimpin, termasuk diri kita sendiri. Dan pemimpin yang baik ialah pemimpin yang
bisa meciptakan pemimpin yang baik juga di masa yang akan datang.
Comments
Post a Comment