Skip to main content

Antara Kepentingan dan Persahabatan

Entah kenpa akhir-akhir ini aku merasa nyaman dengan kesendirianku, sepi, sunyi dan tenang yang biasanya sangat aku hindari menjadi sesuatu hal yang selalu aku cari di sela-sela waktuku, walaupun kadang aku sangat merindukan kebersamaan, ngobrol ngalor-ngidul , berdebat, berdiskusi, atau hanya sekedar nongkrong dan tertawa lebar-lebar. Aku tak pernah tahu secara pasti alasan kenapa aku berubah akhir-akhir ini, aku lebih nggak peduli, nggak mau repot dan gampang sekali mengucapkan kata "ok, silahkan" yang nggak ikhlas, atau ucapan putus asa lainnya, aku merasa kehilangan karakter dan rasa memilikiku terhadap sesuatu. Men`mang sih aku sadar setiap orang mempunyai dunia masing-masing, tapi aku nggak mau ngomong kalau ini di sebabkan oleh rasa sakit hatiku kepada sahabat-sahabatku atau keadaan yang tiba-tiba berubah. karena aku merasa kesalahan ada pada diriku yang kehabisan kesabaran, mungin saya bisa bilang saya kehabisan kesabarn terhadap keadaan, tapi orang lain bisa mengatakan lah, "ah, kamu mah kayak anak kecil, berfikir simpel aja boi," nah mungkin sekali orang akan berkata seperti itu. tapi aku cuma mau menyampaikan bagi kalian yang mengatakan hal itu kepadaku, " anda tidak pernah menikmati rasanya sebuah persahabatan dan anda selama ini cuma hidup disamping orang tua anda yang membuat pemikiran anda terkurung dirumah anda, sedangkan saya tumbuh dari harmoni dan kebersamaan persahabatan, kasih sayang persahabatan dari kecil, sehingga saya akan sangat tersiksa ketika semua orang-orang di dekat saya tidak ada yang mengerti apa yang sedang saya rasakan, bukan tidak bisa sih sebenernya, tapi tidak mau lebih tepatnya, ya, tidak mau mengerti! kalau anda sudah meraskan nikmatnya sebuah persahabatan, maka anda pasti akan merasakan hal yang sama ketika anda berada di posisi saya sekarang. " Memang sih terlihat sangat tidak dewasa dan terkesan seperti anak kecil, tapi memang rasa tidak ingin kehilangan seorangpun sahabat di dunia ini membuat rasa seperti anak kecil ini muncul dalam kehidupanku.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak bergantung pada mereka lagi, karena hal ini yang membuatku tidak berkembang mungkin, tapi ternyata aku sudah tidak menjadi diriku dengan melakukan hal itu. Banyak hal yang harus aku bayar dari kepedulian, rasa solidaritas, saling membantu, lapang dada, sampai mecoba menjadi pencair suasana hilang begitu saja. aku mersa sangat apatis dan individualis sekarang, aku seperti seorang kapitalis yang hanya berfikir kalau itu menguntungkan, ya aku ambil, aku kerjakan, tapi kalau itu tidak menguntungkan ya sudah aku tinggal. dan itu sangat menyiksa, karena sudah sangat jelas hal-hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip dan filsofi hidupku.
aku sangat ingin kembali menjadi diriku yang dulu, yang menghabiskan waktu untuk bermanfaat bagi orang di sekelilingku, menghabiskan waktu untuk melihat senyum orang-orang di sekelilingku, dan antusias membantu tanpa berfikir untung rugi atau resiko. aku ingin melawan sifat egoisku, sifat kapitalisku dan sifat arogan yang ada di dalam hidupku. Aku tahu semua orang mungkin tidak membutuhkanku, tapi aku yakin dan itu sangat pasti bangwa aku membutuhkan semua orang!
Semoga Masa Depan menjadi lebih baik!

Comments

  1. ternyata gak cuma aku yang lagi ngrasa di posisi yang sama kaya mas,mencoba "melepaskan" diri dari "lingkungan lama" karna terpaksa. sekarang rasanya aneh, tapi mau gimana lagi ya mas?hehe

    ReplyDelete
  2. semoga kita bisa nemu jalan tengah deh, tidak menjadi diri sendiri itu nggak enak :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.