Skip to main content

Menyikapi Perbedaan (1)


KH. Hasyim Asy'ari jombang pernah berkata dalam kitabnya, "sesungguhnya sudah terjadi perbedaan pendapat dalam masalah furu' (cabang) antara para sahabat Rasulullah. Namun tidak ada diantara mereka yang memusuhi, menyakiti, menyandarkan kesalahan/cacat kepada yang lain. Demikian pula, sudah terjadi perbedaan dalam furu' antara Imam Abu Hanifah dengan imam Malik dalam sekitar 14.000an masalah dalam bidang ibadah dan muamalah. Juga antara Imam Syafi'i dengan gurunya imam malik sekitar 6.000an masalah, begitu juga imam hanafi dengan gurunya imam Syafi'i dalam banyak masalah. Akan tetapi, tidak seorangpun diantara mereka yang menyakiti, mencerca, menghasut, dan menyandarkan kesalahan pada yang lain. Bahkan sebaliknya, mereka tetap mendukung sesama saudaranya, dan berdoa untuk kebaikan mereka"

perbedaan akhir-akhir ini menjadi perdebatan yang serius dimanapun, terlebih kalangan pemuda yang mempunyai jiwa yang masih membara. dalam penyikapannya, tak jarang terjadi pertikaian, adu mulut, saling caci, bentrok, dan lain sebagainya. Padahal jika kita sadari, perbedaan inilah yang membuat agama ini idnah, perbedaan inilah yang membuat hidup ini sempurna. Perbedaan adalah sebuah hal lumrah, bayi kembar identik saja ada bedanya pasti, apalagi hanya sekedar meikiran yang merupakan buah karya intepretasi akal kita.

perbedaan dalam islam sudah terjadi sejak masa Sahabat Rasulullah, salah satunya adalah ketika salah satu masalah tayamum bagi orang yang junub. untuk lebih jelasnya bisa cari kitabnya. mungkin akan saya bahas di post selanjutnya. secara nalar, namanya manusia itu pasti berbeda pemikirannya dalam menerima dan mengintepretasikan ilmu, begitu juga para sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in, dan seterusnya, jadi perbedaan dalam furu' itu sudah biasa dan wajar. tinggal bagaimana kita mengikuti salah satu dan menghormati yang lainnya.

jadi buat kita semua yang masih merasa benar sendiri dan menganggap yang lain salah, mari lihat dulu pada diri kita seberapa dalam keilmuan kita, dan seberapa hebat kita bisa menandingi hak perogratif Allah. apalagi sampai menkafirkan. mari sama-sama beribadah dengan damai, perbedaan dalam masalah furu'iyah, masalah ibadah dan muamalah itu adalah rahmat bagi umat islam untuk lebih longgar dan lebih mudah menyembah dan menghamba pada Allah. bukan untuk diperdebatkan.. :)
Semoga Allah mengampuni dosa kita semua. amiin.

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.