Skip to main content

Janji Pada Widio

Depok malam ini hujan,
menderaikan air yang akhirnya mengalirkan hawa dingin
menyayat kulit ari yang melekat pada seonggok tulang belulang ini,
romantis,
ya, sangat romantis,
bayanganku terlempar pada satu bulan yang sangat terasa panjang
bulan november,
segala tawa, tangis, canda, haru, marah, benci, curiga, ragu, yakin, keren, amazing, dan semua perasaan itu teraduk.

semua ini pembuktian janjiku pada sahabat lamaku, Widio
tak banyak yang bisa aku bantu
tapi banyak yang terkorbankan
tak banyak yang bisa aku beri,
tapi banyak yang aku dapatkan

ini bukan tentang kekuasaan,
ini tentang bagaimana merangkai asa dimasa depan,
ini bukan tentang kepentingan
ini tentang kerinduan pada masa jaya

tapi ini politik kawan
panggung sandiwara di kampus intelektual
yang tak akan lepas dari kemunafikan
kau tak bisa selalu bertutur manis,
kadang tawa nyiyir mengembang
atau marah tiba-tiba meledak,
sulit untuk mengambil air untuk memadamkan nyala api yang besar,
alih alih mengambil air
ini malah menyediakan kayu kering
karena seperti yang aku tahu dari dulu,
kemunafikan selalu menghasut kepada kemaunafikan.

dan masa kampanye suksesi telah berakhir,
90% janjiku sudah terpenuhi
lalu esok perjuangan akan berlanjut,
jika air mata ini harus jatuh di awal desember ini
percayalah
itu bukan airmata kesedihan
itu adalah air mata haru
air mata sebagai ucapan terimakasih
telah memberikan mata air pada kolam ilmuku yang mulai gersang

ini bukan tentang lelah kawan
karena aku selalu yakin
lelah akan selalu mengajari kita makna lengah
ini tentang mimpi yang tinggi
yang coba ditapaki satu demi satu anak tangganya
yang coba dibimbing langkahnya dengan doa
yang coba dihadapi dengan saling tersenyum, berpegangan tangan
dan bahu membahu saling menolong.

ini juga bukan tentang kompetisi kawan,
ini tentang keluarga baru yang istimewa
yang mengajari hal-hal baru
yang menyunggingkan senyum baru
dan memberikan tempat baru untuk berfikir

terimakasih, Widio
karena janji yang pernah kita buat
aku belajar banyak hal yang sepertinya tak mungkin aku pelajari lagi setelah aku memutuskan meninggalkan panggung ini,
tapi kau tarik tanganku
dan kita berpentas bersama diatas panggung
walau maaf,
tak seperti apa yang dulu kita bayangkan,
aku tak mendampingimu diatas panggung itu,
lalu berdendang dan menari bersama,
aku hanya menjadi perias dibalik panggung
yang berusaha membuatmu tak lupa,
bahwa kita pernah berfoto dengan topi cantik itu di kota tua 2 tahun yang lalu

sekarang,
Depok masih hujan,
dan jika pada akhirnya aku harus mengakhiri malam ini,
maka itu bukan karena hujan yang turun,
tapi karena hati yang lelah akan kemunafikan
dan nurani yang bersyukur atas semua kenikmatan.

sekali lagi,
terimakasih sahabatku,
karena janji yang kita buat,
akhirnya kita bisa menatap masa depan,
karena janji ynag kita buat,
akhirnya kita bisa berjabat tangan lagi dengan erat.

Hajar, Widio!!
Perjuangan baru akan dimulai..
dan aku angkat topi untukmu.

Depok, 1 Desember 2013 03:15

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.