Skip to main content

Jiwa

seperti sebuah daun yang melambai pelan
oleh derai angin, atau sesekali titk gerimis yang jatuhdari daun atasnya
aku tetap terpaku dan terdiam
aku seperti dalam penjara,
penjara alam bawah sadarku sendiri

kadang aku tahu makna hidup yang aku lihat didepanku,
kadang aku melihat bayang-bayang hidup yang harus disampaikan
kadang aku mengerti apa yang harus aku lakukan
tapi semua itu hanya sebatas tahu, melihat, dan mengerti
tak ada nyata yang aku perbuat.

aku kembali merasa diriku hilang,
ini hanya raga kosong,
ini hanya raga bernyawa tanpa jiwa
tak punya makna
tak punya cahaya.
sedikit apresiasipun tak tergambar dalam raut wajah yang datar.

semua terlihat hanya klise
tak ada warna,
kecuali hitam dan putih yang hanya sekedar lewat bersama banyak bayang yang lain
tak memperdulikan seonggok raga tanpa jiwa ini
atau aku yang tak peduli?
entahlah, semua kembali terlihat hampa.

kau boleh tahu,
aku tidak sedang sedih,
aku tidak sedang terkapar kesakitan,
merana,
apalagi menangis oleh keadaan klise ini
tapi aku tidak juga bahagia,
tidak tertawa,
ataupun sekedar senyum,
kecuali,
senyum-senyum palsu untuk sekedar menghargai.

aku hanya kosong dan hampa
tak mencari tahu atau dicari tahu
sedikit berbeda banyak berubahnya
aku dalam diam
bukan berarti aku tidak merasakan tekanan
inilah tertekan
bukan oleh keadaan atau manusia,
 tapi ini tertekan oleh obsesi sang pemimpi,
yag tiba-tiba diam
dan mengubur cuaca di siang seberang sana.

Depok, 13 maret 2012

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.