sesempurna kopi yang diseduh dengan air mendidih
halus,
tak meninggalkan bekas ampas putih diatasnya
hati ini,
ya, hati ini
dalam keseimbangan yang tak pernah tergoyahkan usia
kopi yang dipetik dari tangkainya
telah melewati masa
dimana mereka dibiarkan diteriknya matahari,
lalu di giling begitu saja
dan diseduh dengan air mendidih
dipaksa bercampur dengan gula
bagaimana tak sempurna ke seimbangannya?
hati ini seperti sebiji kopi
dia juga di bakar teriknya amarah
dan digiling oleh kejamnya lawwamah,
lalu dipaksa bercampur oleh sulfiah.
tapi belum sampai ia mencapai keseimbangan mutmainah.
tunggu saja,
sampai aromanya
merasuk pada setiap selah hidung
dan menenangkan setiap saraf otak yang dilaluinya,
Jakarta, 5 Juni 2015
halus,
tak meninggalkan bekas ampas putih diatasnya
hati ini,
ya, hati ini
dalam keseimbangan yang tak pernah tergoyahkan usia
kopi yang dipetik dari tangkainya
telah melewati masa
dimana mereka dibiarkan diteriknya matahari,
lalu di giling begitu saja
dan diseduh dengan air mendidih
dipaksa bercampur dengan gula
bagaimana tak sempurna ke seimbangannya?
hati ini seperti sebiji kopi
dia juga di bakar teriknya amarah
dan digiling oleh kejamnya lawwamah,
lalu dipaksa bercampur oleh sulfiah.
tapi belum sampai ia mencapai keseimbangan mutmainah.
tunggu saja,
sampai aromanya
merasuk pada setiap selah hidung
dan menenangkan setiap saraf otak yang dilaluinya,
Jakarta, 5 Juni 2015
aaakkhhhh suka sangat dengan puisi choliq yg inii :))
ReplyDelete