saat ku lihat lagi kau dalam mimpi,
kau tetap wangi melati yang sama,
tak pernah layu,
atau terganti dengan bau hingar bingar ibukota
saat aku menemukanmu ditepain gunung
saat aku coba membawamu di teras pesantren
saat aku mengajakmu untuk menikmati matahari pagi
saat aku diajakmu menikmati bintang dan bulan dimalam hari,
saat itu adalah saat aku sedih,
bahwa esok aku hanya bisa mengenangnya
bait-bait 'imriti yang terlafalkan disetiap malam senin dan rabu,
mengantarkanku mendengarkan suaramu yang bersungguh sungguh
seperti selalu memberi pupuk pada benih rasa dalam hati
kurasan kurasan fatkhl qarib al mujib
atau yang sering disebut kyai kita dengan taqrib sarah tengah
seperti membawaku untuk merenung dalam deru suara mantap Pak kyai.
lalu,
sepiring nasi diam diam dimalam hari
atau makan bersama diruang makan ndalem
derai tawa, senyum manis, dan diam redup
selalu terpatri dlaam alam bawah sadar yang tak terjangkau.
akankah kita berada pada dampar yang sama suatu saat kelak,
atau hanya sebatas di mushala sekolah untuk saling mengungkapkan rasa?
tenang dunia,
ini hanya rindu
masa lalu,
dan mimpi.
jika kau datang untuk kelima kalinya dalam mimpiku nanti malam,
ku harap kau tak lagi hanya diam dan tersenyum.
menapaklah ke arahku,
dan katakan sesuatu,
biar aku tahu.
wangi melati ini adalah masih benar dirimu.
Depok, 16 April 2015
kau tetap wangi melati yang sama,
tak pernah layu,
atau terganti dengan bau hingar bingar ibukota
saat aku menemukanmu ditepain gunung
saat aku coba membawamu di teras pesantren
saat aku mengajakmu untuk menikmati matahari pagi
saat aku diajakmu menikmati bintang dan bulan dimalam hari,
saat itu adalah saat aku sedih,
bahwa esok aku hanya bisa mengenangnya
bait-bait 'imriti yang terlafalkan disetiap malam senin dan rabu,
mengantarkanku mendengarkan suaramu yang bersungguh sungguh
seperti selalu memberi pupuk pada benih rasa dalam hati
kurasan kurasan fatkhl qarib al mujib
atau yang sering disebut kyai kita dengan taqrib sarah tengah
seperti membawaku untuk merenung dalam deru suara mantap Pak kyai.
lalu,
sepiring nasi diam diam dimalam hari
atau makan bersama diruang makan ndalem
derai tawa, senyum manis, dan diam redup
selalu terpatri dlaam alam bawah sadar yang tak terjangkau.
akankah kita berada pada dampar yang sama suatu saat kelak,
atau hanya sebatas di mushala sekolah untuk saling mengungkapkan rasa?
tenang dunia,
ini hanya rindu
masa lalu,
dan mimpi.
jika kau datang untuk kelima kalinya dalam mimpiku nanti malam,
ku harap kau tak lagi hanya diam dan tersenyum.
menapaklah ke arahku,
dan katakan sesuatu,
biar aku tahu.
wangi melati ini adalah masih benar dirimu.
Depok, 16 April 2015
Comments
Post a Comment