Skip to main content

Aku dan Teman

jika pada "teman bersyarat" aku sudah tidak bisa mengharapkan apa-apa lagi, maka tinggallah aku memilih untuk tetap disini sendiri atau pergi ketempat para "teman sejati" berada..


tapi, sebelum aku memilih antara dua pilihan itu, mungkinm aku ingin menyampaikan sesuatu yang selama ini telah mengganjal dalam hatiku yang bagai sebongkah batu keras ini.

pada "teman bersyarat"ku, jika memang sudah tidak ada yang kau bisa ambil, minta, keruk, dan eksploitasi dari diriku, ya sudah pergi saja tidak apa-apa, nanti datang lagi saat aku punya banyak amunisi lagi, insyaallah pintu ini masih terbuka lebar dan semoga aku tetap tak berubah fikiran..


dan pada "teman Sejatiku", aku selalu rindu pada kebersamaan yang kau berikan, pada kehangatan yang kau ciptakan, dan pada gelak tawa yang kau nyanyikan dengan merdu, aku harap kau tak pernah bosan jika aku selalu datang dengan segenap keluh kesah, mengganggu waktumu, dan membuatmu tak tidur tepat waktu. insyaallah suatu saat aku akan datang membawa buah tangan dan buah fikiran yang antik untuk membayar semua kebaikanmu..


maafkan aku jika hanya menjadi "teman bersyarat"mu wahai "teman sejati"ku, aku akan berusaha untuk melakukan apa yang kamu lakukan, walau tak sehebat engkau melakukannya padaku, tapi paling tidak aku berusaha untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang kamu lakukan, atau bahkan lebih jika aku bisa. Ya, aku akan berusaha..


dan maaf pada "teman bersyarat"ku, karena aku tak mempunyai apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu, mungkin kau perlu mencari orang lain yang mempunyai apa yang kau butuhkan.


semoga malam ini adalah malam yang indah untuk kalian semua, malam dimana kalian bisa melihat bintang dan bulan yang tak peduli mana "teman sejati" dan mana "teman bersyarat".


Depok, 1 Oktober 2013


Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.