Tetesan embuh diselah dedaunan dan sedikit air sisa hujan tadi malam masih menjadi saksi kebekuan dan kehampaan hati yang tak terlukiskan lagi, dan ketika aku masih sedikit membuka mata serta menyadarkan diri dari tidurku dengan keinginan masih sempat melihat gelapnya subuh dan mendengar sayu-sayu kalam illahi, sebuah perasaan yang entah apa itu mulai menghinggap dalam sanubari. aku tak yakin itu sisa-sisa perasaan tadi malam.
Terlalu bodoh sepertinya untuk terus terlarut dalam kelamnya hati malam dan sang perindunya, sia-sia saja karena semua tetap akan seperti sediakala, walaupun entah kemarin aku sedang merasakan "apa" yang bisa dikata. Angin berhembus pelan, sedikit menusuk dengan dinginnya yang tak biasa ketika aku melangkahkan pagiku dengan setiap gontai langkah menuju sebuah ironi kehidupan, bertemu deret angka dalam barisan aritmatika yang mengandung peluang sebuah ketakwajaran integral. Namun, inilah kehidupanku, kehidupan sang perindu malam dengan bait demi bait rasa terlukiskan dalam sajak-sajak kegelisahan dan tumpahan isi hati.
Terus ku tapaki jalan sejengkal demi sejengkal sambil ku tengok sebelah kanan dan kiriku, ah tapi sepertinya tak ada yang menghibur hati seperti yang aku angan-angankan. semuanya serba sibuk dengan dunianya masing-masing. menenteng tas, mengendarai motor dan semua berlalu lalang didepanku tanpa berfikir bahwa deru motornya telah membisingkan telingaku, asapnya telah menyesakkan dadaku, dan yang paling terlihat keangkuhan dunia telah mengejekku sekarang. ya benar, kenangkuhan dunia yang menjadi biang keladi semua kegelisahan ini, dia yang membiarkanku berjungkir balik, marah, sedih, tertawa, menangis, mengeluh dan mencaci maki demi sebuah harga diri dan penghormatan. Hingga dalam hati sekarang mulai timbul pertanyaan, apakah hidupku hanya untuk hal seperti itu? dimana Tuhanmu Boi?? ataukah memang kengkuhan dunia itu yang telah menjadi tuhanku? argh.. lagi-lagi pertanyaan tentang tuhan dan Tuhan yang membuat kelimpungan dan nalar menjadi menajam.
pandangan mataku masih tak lepas dari kekosongan, terjebak dalam alam fikir yang sudah seperti benang kusut saja, bergerumul tanpa tahu dimana ujung-ujungnya dan bagaimana meluruskannya. Cerita tentang teladan-teladan dunia ini seperti hanya mimpi saja, dan sebentar singgah tanpa ada yang tersisa dalam benak. walaupun sesekali muncul dan menentramkan hatiku yang selalu lusuh oleh kerat keangkuhan dunia. carut marut dalam alam fikir ini tak ubahnya carut marut yang sedang menimpa negeriku, tapi bedanya carut marut negeri ini banyak yang membuat dan banya pula yang peduli, sedangkan carut marut di alam fikirku terbuat oleh aku sendiri dan yang peduli tak ada, karena diriku pun sepertinya tidak peduli akan carut marut alam khayal yang nggak penting ini.
sebenarnya buku-buku setumpuk itu telah menunggu untuk aku lahap dalam beberapa jam kedepan, tapi hasratku telah termakan oleh carut-marut alam fikir yang tak menentu ini dan akhirnya semua terbengkalai. memang Tuhan selalu meberikan apa yang kita butuhkan,bukan apa yang kita inginkan, tapi apakah tidak boleh kalau apa yang kita butuhkan itu adalah sesuatu yang kita inginkan? memang hanya Tuhan yang tahu akan hal itu. Tuhan, aku mohon Demi KeagunganMu dan belas kasihMu, tenangkan hati yang lusuh ini, cerahkan ia, dan berikan cahayaMu untuknya.
Yaa Muqollibalquluub, tsabbit qolby 'ala dinik wa 'ala tho'atik.
Depok, 09/11/2011 08.50
Terlalu bodoh sepertinya untuk terus terlarut dalam kelamnya hati malam dan sang perindunya, sia-sia saja karena semua tetap akan seperti sediakala, walaupun entah kemarin aku sedang merasakan "apa" yang bisa dikata. Angin berhembus pelan, sedikit menusuk dengan dinginnya yang tak biasa ketika aku melangkahkan pagiku dengan setiap gontai langkah menuju sebuah ironi kehidupan, bertemu deret angka dalam barisan aritmatika yang mengandung peluang sebuah ketakwajaran integral. Namun, inilah kehidupanku, kehidupan sang perindu malam dengan bait demi bait rasa terlukiskan dalam sajak-sajak kegelisahan dan tumpahan isi hati.
Terus ku tapaki jalan sejengkal demi sejengkal sambil ku tengok sebelah kanan dan kiriku, ah tapi sepertinya tak ada yang menghibur hati seperti yang aku angan-angankan. semuanya serba sibuk dengan dunianya masing-masing. menenteng tas, mengendarai motor dan semua berlalu lalang didepanku tanpa berfikir bahwa deru motornya telah membisingkan telingaku, asapnya telah menyesakkan dadaku, dan yang paling terlihat keangkuhan dunia telah mengejekku sekarang. ya benar, kenangkuhan dunia yang menjadi biang keladi semua kegelisahan ini, dia yang membiarkanku berjungkir balik, marah, sedih, tertawa, menangis, mengeluh dan mencaci maki demi sebuah harga diri dan penghormatan. Hingga dalam hati sekarang mulai timbul pertanyaan, apakah hidupku hanya untuk hal seperti itu? dimana Tuhanmu Boi?? ataukah memang kengkuhan dunia itu yang telah menjadi tuhanku? argh.. lagi-lagi pertanyaan tentang tuhan dan Tuhan yang membuat kelimpungan dan nalar menjadi menajam.
pandangan mataku masih tak lepas dari kekosongan, terjebak dalam alam fikir yang sudah seperti benang kusut saja, bergerumul tanpa tahu dimana ujung-ujungnya dan bagaimana meluruskannya. Cerita tentang teladan-teladan dunia ini seperti hanya mimpi saja, dan sebentar singgah tanpa ada yang tersisa dalam benak. walaupun sesekali muncul dan menentramkan hatiku yang selalu lusuh oleh kerat keangkuhan dunia. carut marut dalam alam fikir ini tak ubahnya carut marut yang sedang menimpa negeriku, tapi bedanya carut marut negeri ini banyak yang membuat dan banya pula yang peduli, sedangkan carut marut di alam fikirku terbuat oleh aku sendiri dan yang peduli tak ada, karena diriku pun sepertinya tidak peduli akan carut marut alam khayal yang nggak penting ini.
sebenarnya buku-buku setumpuk itu telah menunggu untuk aku lahap dalam beberapa jam kedepan, tapi hasratku telah termakan oleh carut-marut alam fikir yang tak menentu ini dan akhirnya semua terbengkalai. memang Tuhan selalu meberikan apa yang kita butuhkan,bukan apa yang kita inginkan, tapi apakah tidak boleh kalau apa yang kita butuhkan itu adalah sesuatu yang kita inginkan? memang hanya Tuhan yang tahu akan hal itu. Tuhan, aku mohon Demi KeagunganMu dan belas kasihMu, tenangkan hati yang lusuh ini, cerahkan ia, dan berikan cahayaMu untuknya.
Yaa Muqollibalquluub, tsabbit qolby 'ala dinik wa 'ala tho'atik.
Depok, 09/11/2011 08.50
Comments
Post a Comment