Skip to main content

catatan Sang Perindu Malam

Tetesan embuh diselah dedaunan dan sedikit air sisa hujan tadi malam masih menjadi saksi kebekuan dan kehampaan hati yang tak terlukiskan lagi, dan ketika aku masih sedikit membuka mata serta menyadarkan diri dari tidurku dengan keinginan masih sempat melihat gelapnya subuh dan mendengar sayu-sayu kalam illahi, sebuah perasaan yang entah apa itu mulai menghinggap dalam sanubari. aku tak yakin itu sisa-sisa perasaan tadi malam.

Terlalu bodoh sepertinya untuk terus terlarut dalam kelamnya hati malam dan sang perindunya, sia-sia saja karena semua tetap akan seperti sediakala, walaupun entah kemarin aku sedang merasakan "apa" yang bisa dikata. Angin berhembus pelan, sedikit menusuk dengan dinginnya yang tak biasa ketika aku melangkahkan pagiku dengan setiap gontai langkah menuju sebuah ironi kehidupan, bertemu deret angka dalam barisan aritmatika yang mengandung peluang sebuah ketakwajaran integral. Namun, inilah kehidupanku, kehidupan sang perindu malam dengan bait demi bait rasa terlukiskan dalam sajak-sajak kegelisahan dan tumpahan isi hati.

Terus ku tapaki jalan sejengkal demi sejengkal sambil ku tengok sebelah kanan dan kiriku, ah tapi sepertinya tak ada yang menghibur hati seperti yang aku angan-angankan. semuanya serba sibuk dengan dunianya masing-masing. menenteng tas, mengendarai motor dan semua berlalu lalang didepanku tanpa berfikir bahwa deru motornya telah membisingkan telingaku, asapnya telah menyesakkan dadaku, dan yang paling terlihat keangkuhan dunia telah mengejekku sekarang. ya benar, kenangkuhan dunia yang menjadi biang keladi semua kegelisahan ini, dia yang membiarkanku berjungkir balik, marah, sedih, tertawa, menangis, mengeluh dan mencaci maki demi sebuah harga diri dan penghormatan. Hingga dalam hati sekarang mulai timbul pertanyaan, apakah hidupku hanya untuk hal seperti itu? dimana Tuhanmu Boi?? ataukah memang kengkuhan dunia itu yang telah menjadi tuhanku? argh.. lagi-lagi pertanyaan tentang tuhan dan Tuhan yang membuat kelimpungan dan nalar menjadi menajam.

pandangan mataku masih tak lepas dari kekosongan, terjebak dalam alam fikir yang sudah seperti benang kusut saja, bergerumul tanpa tahu dimana ujung-ujungnya dan bagaimana meluruskannya. Cerita tentang teladan-teladan dunia ini seperti hanya mimpi saja, dan sebentar singgah tanpa ada yang tersisa dalam benak. walaupun sesekali muncul dan menentramkan hatiku yang selalu lusuh oleh kerat keangkuhan dunia. carut marut dalam alam fikir ini tak ubahnya carut marut yang sedang menimpa negeriku, tapi bedanya carut marut negeri ini banyak yang membuat dan banya pula yang peduli, sedangkan carut marut di alam fikirku terbuat oleh aku sendiri dan yang peduli tak ada, karena diriku pun sepertinya tidak peduli akan carut marut alam khayal yang nggak penting ini.

sebenarnya buku-buku setumpuk itu telah menunggu untuk aku lahap dalam beberapa jam kedepan, tapi hasratku telah termakan oleh carut-marut alam fikir yang tak menentu ini dan akhirnya semua terbengkalai. memang Tuhan selalu meberikan apa yang kita butuhkan,bukan apa yang kita inginkan, tapi apakah tidak boleh kalau apa yang kita butuhkan itu adalah sesuatu yang kita inginkan? memang hanya Tuhan yang tahu akan hal itu. Tuhan, aku mohon Demi KeagunganMu dan belas kasihMu, tenangkan hati yang lusuh ini, cerahkan ia, dan berikan cahayaMu untuknya.
Yaa Muqollibalquluub, tsabbit qolby 'ala dinik wa 'ala tho'atik.

Depok, 09/11/2011 08.50

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.