Aku melihatnya lagi,
sederet lampu penyinar jalan.
Melambai ramah,
mengiriku pergi meninggalkan kenangan.
Setelah lama berkecamuk ditanah peraduan,
dengan kasih sayang,cinta,kebencian,kesombongan,dan belas kasihan.
Semuanya aku hadapi.
Dengan mimik muka sendiri-sendiri.
Dan,
yang tertinggal hanyalah kenangan,
membentuk cahaya yang menembus limit kehidupan tak berhingga.
Walaupun tahu,perasaan ini mendekati hancur dalam asimtot kepekaannya.
Bayang kenang itu masih beradu bersama lampu jalanan,
yang cahayanya berpendar di telapak daun dan tahu akan tertinggal menguning.
Kawan,
hati tak ingin rapuh,
walau batu-batu karang diambil dari laut untuk menghantamnya.
Hingga aku melihat hati itu tersenyum lagi.
10-9-2011