Skip to main content

Plat Nomor dan Persahabatan

"Semakin jauh kita berjalan, semakin banyak cerita yang bisa kita temukan"

Kata-kata di atas muncul setelah aku melakukan perjalanan jauh untuk kesekian kalinya, ya sejauh apapun aku berjalan, selama ini masih didaerah jawa saja. hehehe. Sebuah perjalanan, entah itu menggunakan kereta, bis, mobil, motor, sepeda atau jalan kaki, pasti mempunyai makna tersendiri, dan untuk hal darat seperti ini aku sudah melakukannya semua, dan yang ingin aku ceritakan sekarang adalah perjalananku menggunakan motor dari kampung halaman di Wonosobo menuju kota rantau di Depok. ini merupakan perjalanan ketiga dengan jarak yang sama, pertama dulu waktu pertengahan tahun 2013, lalu akhir tahun 2013 dan terakhir kemarin tanggal 31 Januari 2014. Perjalanan yang menyenangkan ini (walaupun juga melelahkan) selalu memberikan cerita tersendiri. ada sebuah makna yang aku ambil dari perjalanan kali ini.

Kondisi jalan pantura yang berlubang dan rusak parah setelah banjir membuat perjalanan dengan menggunakan motorku sedikit pelan. sepanjang jalan aku selalu mengamati plat nomor kendaraan-kendaraan disekitarku. setiap daerah berbeda, saat aku masih dikawasan wonosobo, plat nomor yang menjadi mayoritas adalah AA, lalu memasuki daerah eks-karisidenan Banyumas, plat motor yang mendomonasi adalah R, berlanjut ke eks-karisidenan Pekalongan plat nomor berubah G, dan memasuki wilayah jawa barat plat nomor sudah berubah lai dan terus berubah sampai akhirnya aku melihat plat nomor mayoritas B, ya, artinya aku sudah hampir sampai tempat tujuanku. Ada sebuah analogi yang aku simpulkan dari hasil iseng-iseng mengamati plat nomor mayoritas dilingkunganku saat perjalanan itu, yaitu tentang kehidupan. Hmm sepertinya kehidupan terlalu luas. Oke, aku persempit ke persahabatan. Ibarat sebuah perjalanan kehidupan kita dari waktu lahir sampai kita meninggal, perjalanan Wonosobo-Depok ini bisa dikatakan mengalami berbagai macam perubahan, misalnya, waktu kecil kita hidup bersama keluarga dan orang-orang dekat dilingkungan kita, Teman SD, teman sekampung dan lain-lain, sampai kapanpun kampung halaman tetap akan menjadi tempat paling nyaman untuk kembali dan sangat akrab dengan kita, sama ketika dalam perjalanan aku masih disekitaran Wonosobo dan melihat Plat nomor AA, rasanya aku masih dirumah dan dekat dengan rumah, dan ketika sudah keluar dari Wonosobo, apalagi sudah jauh dari wonosobo, ketika diperjalanan melihat plat nomor berinisial AA, apalagi belakangnya F atau P (ini plat nomor khusus wonosobo) rasanya itu seperti melihat saudara dan perasaan sangat senang akan tiba-tiba timbul ketika melihatnya, sampai sampai saku mebunyikan klakson utnutk sekedar menyapa dan berharap orang yang mengendarainya merasakan hal yang sama. Walaupun sebenarnya juga tidak kenal siapa yang mengendarainya. Itu membuktikan bahwa kampung halaman masih menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam kehidupanku.

Lalu lanjut ke plat nomor R, G, T, B, dan seterusnya, aku menganalogikan itu seperti kehidupan kita yang terus berjalan, seiring berjalannya waktu dan semakin jauh kita berjalan, kita pasti akan menemukan lingkungan baru dan teman baru. Gampangnya misal, waktu SD kita sangat akrab dengan teman-teman SD, main bareng ngerjain tugas bareng dan senang sedih pokoknya bareng deh. lalu ketika pindah ke SMP, teman SD biasanya mulai terlupakan, kita melimpahkan luap dada kepada mereka, apalagi jaman SMP sudah mulai mengenal yang namanya suka lawan jenis, hmm.. tambah semangat kita,haha. lalu ketika kita pindah lagi ke SMA kita lebih dekat dengan teman-teman SMA, dan ketika kita ke jenjang selanjutnya ya pasti kita lebih dekat dengan orang orang yang sedang berada diantara kita. Tapi satu hal yang akhirnya aku sadari dari perjalanan ini adalah, bahwa mereka semua layaknya pengendara motor yang ada didaerahnya, hanya menemani kita sampai batas daerah mereka masing-masing, tanpa sempat kita berkenalan dengan mereka sampai tahu namanya, sampai tahu rumahnya, apalagi sampai tahu isi hatinya. Mereka juga tak begitu peduli kita setelah ini mau kemana, hanya orang yang ditanya arah saja biasanya peduli kita habis ini mau kemana, itupun paling hanya sekedar memberi tahu kemana arahnya dan berpesan hati-hati. Sama dengan kehidupan ini, semua lingkungan yang sedang kita hadapi sekarang, teman yanga ada disamping kita sekarang, orang-orang yang ada disamping kita sekarang hanya sedang numpang lewat dikehidupan kita, atau sebaliknya, kita yang sedang numpang lewat dikehidupan mereka. Tanpa kita tahu secara pasti dan mendalam siapa mereka, dan apa isi hati mereka, apalagi sampai memahami bagaimana mereka. dan mereka ataupun kita tidak peduli habis ini mau kemana, kecuali seperti yang aku analogikan diatas, yang kita tanyai arah, baisanya dia akan bertanya balik, mau kemana kita, dan itupun sekedar menunjukkan  arah dan berpesan utuk berhati-hati tadi. Jadi janganlah kita terlalu berharap banyak pada mereka.

Dan teman sejati adalah mereka yang tetap setia menemani perjalanan kita dari kita mengenalnya sampai kita tak bisa lagi mengenalnya, disini aku ibaratkan orang yang "bonceng" atau "boncengin" aku dalam perjalanan yang aku lakukan, plat nomor manapun yang sedang kita lihat, atau daerah mana yang sedang kita lalui, aku tetap melihat dia disana, aku mengenal dia dan kita tetap punya plat nomor yang sama. dan melihat plat nomor yang sama. Ya, sahabat sejati selalu ada dan tak pernah lekang oleh waktu, jarak, dan tempat. Sahabat sejati dalah dia yang bisa memahami kita, mengingatkan kita, dan memeberikan kritik saran kepada kita, juga sebaliknya, kita pahami, kita ingatkan dan kita beri saran kritik. sahabat sejati seperti orang yang terlahir dari kampung halaman yang sama. sama seperti orang yang bersama kita dalam perjalanan, dia yang mengingatkan aku untuk istirahat, untuk gantian didepan, untuk shalat, makan, dan lain sebagainya disepanjang perjalanan.

"Sekali lagi, Teman sejati adalah dia yang tak lekang oleh perubahan apapun, entah waktu, zaman, tempat, lingkungan dan semua hal yang berubah, Teman sejati adalah mereka yang mengingat dan teringat, mereka  yang ada dan membaut ada, mereka yang tertawa dan mentertawai, mereka yang menangis dan menangisi, mereka yang memberi dan diberi, mereka yang meminta dan diminta, mereka yang baik dan diperbaiki, mereka paham dan memahami. Teman sejati adalah mereka yang selalu merasa dan dirasa paling dekat dengan kita."


Depok, 3 Februari 2014

Comments

  1. oke dul , kowe boncengan ...
    nek aku numpak mobil , hahahaha
    tapi tenang ae, kowe entuk numpak mobilku kok
    tapi ra entuk nyupiri, soale wes ana sing nyupir

    ReplyDelete
    Replies
    1. mbuh , arip mboan nek gelem , kan nyong sing nduwe , yo emoh nyupiri
      bos kok nyupir , hahaha

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.