Skip to main content

Friend-siiiiiiiiiiiiiip :)


        Kepulan asap kopi membawa aromanya menuju ke hidungku, sekumpulan kepulan asap kopi yang tak lazim, karena terkepul disiang bolong dan di cuaca yang sangat panas. Hal ini terjadi setelah teori grup membawa beban yang sangat berat pada kapasitas otak yang sebenarnya mampu menampung, tapi karena kemalasannya menjadikannya tidak kuat menampung materi, atau dapat menampungnya terus tumpah beberapa menit kemudian.
Dan tiba-tiba saja lamunanku yang berteman segelas kopi hitam itu melayang pada sore kemarin yang sangat indah di daerah bogor, tepatnya di kebun raya. Sebuah fenomena lama yang aku rindukan, sebuah kejadian yang sudah lama tak aku rasakan. Ya, fenomena saling berbagi tawa dan tangis oleh sekumpulan cucu adam dan hawa, bertemankan semilir angin dan cerahnya langit kita bercanda, kita tertawa, kita menangis dan kita berbagi kasih sayang. Disinilah makna kasih sayang itu terlihat jelas, di jiwa-jiwa inilah perasaan saling menyayangi dan menghargai timbul di tengah cengkarutnya perasaan merindu pada masa lalu.
Dua hari kemarin memang tak biasa, hadirnya sosok lama dengan tiba-tiba telah membuatku kembali tulus tersenyum di kota metropolitan ini, dia yang membawa sebuah oleh-oleh manis dari masa lalu yang begitu ku rindukan datang berkunjung untuk mecari sebuah jawaban dari cengkarut isi hatinya. Dia datang dengan keberanian yang terukur,bukan sekedar kenekatan yang tak berujung. Setelah puas melepaskan kerinduan tawa di sehari pertama, kita mulai dibawa angin menuju jawaban yang dicari, inilah sebuah kekuatan yang aku sendiri tak tahu bagaimana cara mendefinisikannya, dan sampailah kita di kota hujan itu, bogor. Disambut oleh senyum manis sang perempuan berkerudung yang mampu merubah sungging senyum sahabat lamaku ini menjadi lebar dan sumringah. Obrolan singkat telah membawa kita bertiga menuju ke tempat tinggalnya. Dan disana, di terik matahari  yang menyengat hati aku bertemu lagi dengan satu makhluk ceria dan dua teman lamaku, akhirnya sore itu kita habiskan berenam di kebun raya bogor.
Mentari sore mampu menguningkan langit dan angin juga mampu menghembuskan kedamaian di hati kami, kami bernyanyi, kami bercanda, dan kami berjalan dengan candaan candaan yang terus mengalun merdu di telinga ini, lebih merdu dari nyanyian apaun di muka bumi ini. Setelah lelah berjalan dalam naungan matahari siang itu kami berkumpul dan melingkarkan kaki, meneruskan bercanda dan bermain permainan masa kecil dulu, hingga permainan itu membawa kita kepada sebuah kejujuran dan ungkapan hati sang pemain, di mulai dariku, dan kemudian disambut oleh riuh tawa dan kemudian berlanjut satu persatu giliran, dan tibalah giliran sahabatku untuk berkata jujur tentang hatinya, dan diapun berkata “............” apa yang sejujurnya dalam hatinya, angin serasa berhenti berdesir, matahari menutup mukanya dengan awan, dan waktu serasa berjalan lambat, dan semuanya terjadi, begitu singkat. Ya inilah kejujuran, dan inilah persahabatan.
Rindu itu bernama cinta,
Cinta itu bernama kasih sayang,
Kasih sayang itu bernama persahabatan, kawan !

Satu pertanyaan yang masih tersisa dalam hatiku sampai saat ini :
“ Apakah manusia bisa semesra angin, Membelai kelembutan hatinya seperti angin membelai daun?“
Depok 26 maret 2012

Comments

  1. uuuuu..... Coliq, bahasa tulisannya emang beda yaa... Hahaha...

    ReplyDelete
  2. haha, tetep bahas indonesia kok don :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Betapa Welasnya Gusti Allah

Akhir-akhir ini saya merasa muak melihat twitter dan facebook yang kebanyakan membicarakan kasus korupsi yang disebut fitnah lah, konspirasi lah, ketahuan belangnya lah, dal lain sebagainya, banyak sekali pro kontra yang terjadi, Terlapas dari saya yang memang nggak suka sama sekali terhadap partai-partai politik yang sok suci  dan membela rakyat tapi akhir-akhirnya "ngadali" rakyat juga, yang sangat saya sayangkan adalah akhir-akhir ini semakin marak agama diperjualbelikan dan semakin marak nama Tuhan dijadikan alat jualan supaya dagangannya laku keras. Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang brengseknya beberapa oknum yang jualan atas nama Agama dan Tuhan, tapi saya ingin lebih membahas betapa pemurahnya Tuhan terhadap makhluk-Nya yang paling brengsek dan paling keji sekalipun. Ide tulisan ini saya dapat ketika saya kembali membaca kitab ta'limul muta'alim yang sudah berdebu diatas lemari karena sok sibuknya saya sampai malas membacanya. setelah s

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.