Skip to main content

Kebun Rasa

Langit masih belum bosan menurunkan rintik-rintik hujan yang kadang begitu cepat. Aku termenung memandang bagaimana kehidupan begitu cepat berubah. walau ada hal yang tak pernah bisa berubah dalam hidupku, aku mengerti, suatu saat aku harus berdamai dengannya dan memberikan senyuman terbaikku untuk hal yang tak aku inginkan.
Rasa yang tak pernah sampai seperti yang diunkapkan air kepada api ini terus bergelayut menunggu kapan tersampaikan. Ia tak bosan walau aku selalu memperingatkannya. saat ia datang, maka yang dituju akan tiada. Rasa memang selalu begitu, tetap saja egois, tak mengerti betapa lemahnya raga menopangnya.
Rintik demi rintik turun mencoba menghapusnya, tapi bukan rasa namanya kalau menyerah begitu saja. Saat ini mungkin aku sependapat dengan hujan, tapi entah esok, bagaimana aku berdamai dengan rasa yang tak pernah mau kompromi ini.
Membunuhnya bukan suatu solusi, meninggalkannya apalagi. Rasa tetap menjadi barang yang melekat rapi pada sanubari. Aku menunggu saat aku bisa menurunkan egoku dan berdamai dengannya. Melati tak akan pernah ada lagi yang mekar. Kebun ini sudah terlalu banyak tercemar tanahnya, hingga ia tak sudi tumbuh dan mekar disini. Lalu, saat ia memilih tumbuh pada kebun yang lain, tak berguna juga untuk menyalahkan apalagi mencemari tananhnya. Tinggal menunggu saja saat ia kembali mekar dan menikmainya, walau dari tempat yang berbeda dan posisi yang berbeda. Aku berharap tetap masih bisa menikmatinya.
Kini, begitu banyak bunga mekar dikebun yang sudah mulai usang tak terurus, apakah aku juga akan membiarkan bunga terompet itu juga mati dan tak mau tumbuh lagi. Bunga yang menawan tapi tak pernah bisa menimbulkan rasa yang ku inginkan. aku tak ingin ia tumbuh dikebun lain, tapi aku juga tak punya daya untuk terus merawatnya saat aku benar-benar tak punya rasa.

Lalu, biji bunga yang ku genggam, akankah aku tanam?

Depok, 13 Januari 2015

Comments

Popular posts from this blog

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah...

Ini rencana gue JULI 2013!!

Hari ini semua berjalan tidak sesuai rencana, serba tidak jelas, tapi entah kenapa sore tadi waktu kuliah matprog kepikiran lagi rencana untuk  backpacker keliling lombok, akhirnya gue memutuskan untuk mencoba menseriuskan rencana itu, mulai dari menyusun apa saja yang diperlukan untuk backpacker, seperti rute perjalanan, estimasi biaya perjalanan minimum (maklum mahasiswa :p ), tempat-tempat yang akan dikunjungi, estimasi waktu perjalanan, dan menentukan kapan waktu untuk menjalankan rencana ini. Dan akhirnya sehabis kuliah gue langsung pulang dan mulai buka laptop untuk browsing untuk mencai tahu informasi tentang Lombok. Akhirnya setelah sekitar 3 jam lebih gue browsing, gue berhasil merumuskan rencana dan seua estimasi dengan berpedoman dari para backpacker yang sudah lebih dahulu menjajah Lombok.   Oke, ini dia hasil dari rencana yang aku buat. ΓΌ   Perjalanan menuju Lombok (biaya dan kendaraannya) Kalo berangkat dari jakarta : o    Jakarta-Yog...

Tuhan, akulah sang pendosa

Tuhan, dalam ku termenung, aku melihat cahaya tertutup mendung. Terbingkai kabut, dan terlihat tarian rintik hujan membasahi bumiMu yang kerontang.