aku meradang,
mukaku merah,
lalu,
aku berbicara pada orang bisu,
aku berbicara panjang lebar semua,
dari umpatan sampai istighfar,
dari banyolan sampai hamdalah,
dari angan-angan sampai bismillah,
dari cacian sampai laa khula wala kuwwata illa billah,
dari tangisan sampai renungan,
ya,
hanya pada orang bisu itu aku bisa marah-marah
aku bisa tertawa terbahak bahak,
aku bisa menagis terisak isak
aku bisa berteriak meraung raung
aku bisa diam tanpa sepatah kata,
karena dia hanya akan diam
dia takdzim mendengarkan,
dia tak banyak memberi masukan yang nggak perlu
dia tak banyak mengkritik
dia tak banyak menyahut,
lalu tiba-tiba,
saat teriakanku begitu keras,
aku tegang,
dan mati,
sesaat kulihat dia,
mukanya masih datar.
Wonosobo, 25 Januari 2013
mukaku merah,
lalu,
aku berbicara pada orang bisu,
aku berbicara panjang lebar semua,
dari umpatan sampai istighfar,
dari banyolan sampai hamdalah,
dari angan-angan sampai bismillah,
dari cacian sampai laa khula wala kuwwata illa billah,
dari tangisan sampai renungan,
ya,
hanya pada orang bisu itu aku bisa marah-marah
aku bisa tertawa terbahak bahak,
aku bisa menagis terisak isak
aku bisa berteriak meraung raung
aku bisa diam tanpa sepatah kata,
karena dia hanya akan diam
dia takdzim mendengarkan,
dia tak banyak memberi masukan yang nggak perlu
dia tak banyak mengkritik
dia tak banyak menyahut,
lalu tiba-tiba,
saat teriakanku begitu keras,
aku tegang,
dan mati,
sesaat kulihat dia,
mukanya masih datar.
Wonosobo, 25 Januari 2013
Comments
Post a Comment