Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Kangen Sendiri

dalam sendiriku, ku telurusi nikmat dingin lepas angin. aku lempar segala keramaian duniawi ku ganti dengan segala keramaian seruak-seruak alam aku seperti mendapat sebuah bisikan-bisikan yang menjadi renungan, aku kangen, ya, dalam sendiri ini aku kangen pada setiap penciptaan dan kebesaran Tuhan. cerita menikmati kehidupan seperti dinikmati, lalu lepas terhempas dan kembali sendiri, kembali kangen, lupa akan kelupaan selama ini terhadap Tuhan. semilir angin mengunci nadiku, tapi tak pernah bisa mengunci alam fikirku, untuk berlayar, berkelakar sesuai keinginan.

"Jika" Hujan

jika aku bisa mengarang hujan seperti aku mengarang puisi, akan aku karang hujan itu berakhir pelangi, selalu, karena rinduku memburu, pada toleransi perbedaan warna yang murni, sayang sekali, "jika" hanyalah sebuah kata, bukan sebuah mantra sihir, atau firman Tuhan untuk bumi ini, dan aku bukan penyihir, bukan juga Tuhan. hujan tetaplah hujan, yang berakhir dengan misteri, antara mendung, cerah,  gerimis, atau pelangi. yang ada kita berharap, dan berdoa "jika" hujan.. Depok, 25 Desember 2012

Berbicara Dengan Tuhan #16

Tuhan, malam ini aku ingin sekali bertanya, apakah perlu aku tunjukkan keislamanku, dengan meneriakkan kalimat-kalimat toyyibah? atau dengan kalimat-kalimat kebesaran milik-Mu? apakah perlu aku tunjukkan keimananku, dengan jubah-jubah atau baju-baju kearab-araban? apakah perlu aku tunjukkan keikhsananku, degan jenggot-jenggot lebat? atau dahi-dahi kehitaman? Tuhan, bukankah dengan toleransi kepada sesama kita telah menunjukkan keislaman kita, sebagai agama rahmatallil’alamin? bukankah dengan berfikir terbuka dan berucap selamat kepada siapapun, kita telah menunjukkan keimanan kita? bukankah dengan menghargai budaya, dan merawatnya dengan koridor syariat, kita telah menunjukkan keikhsanan kita? Tuhan, Ampunilah aku yang sok tahu ini, jika benar firman-Mu ada dalam setiap langkah manusia, maka aku yakin akan terangnya pelataran Agung-Mu. Ya Tuhanku, jadikanlah iman sebagai hatiku, jadikanlah islam sebagai tingkah lakuku, jadikanlah ikhsan sebagai pakaiank

Kontra

bila aku pernah berbait memakimu, itu adalah tamparan terhalus yang kuberikan, daripada saat aku harus memujimu barang sebaris, kau tahu rayuan? dunia ini mengucapkannya dengan sangat lembut, hingga tanpa sadar, alam bawah sadarmu mengejar. kau melihatnya seperti batu, padalah dia adalah sebingkah emas, kalu melihatnya seperti buliran pasir, padahal dia bijih besi yang siap dipanen, kau hanya menuduhnya dari luaran, tak kau lihat kedalaman ilmunya. selamat, kau mulai tersesat..

Posisi

saat aku menangis, itu bukan air mata ketakutan seperti yang kau lihat itu adalah tumpahan mimpi yang semakin dekat aku hanya sanggup berjalan, tak berlari seperti kalian aku hanya sanggup menulis sebaris tak berbait bait seperti kalian aku ragu kalau kalian masih melihatku punya mimpi, tapi aku tak perlu pengakuan aku hanya akan berjalan kemana hati ini menuntun jasad yang buta ini. cerita itu hanya milik kalian, aku dibelakang dan kalian tidak pernah menengok kebelakang, Lantas, apa yang bisa kalian lihat?! silahkan rayakan  kesenangan kalian, aku tetap berjalan datar tanpa menunduk, silahkan ratapi kesedihan kalian, aku akan datang tanpa kalian minta.

Berbicara dengan Tuhan #15

Tuhan, pasti kau sudah tahu, Jika aku kembali lagi pada-Mu pasti aku sedang dilanda kegelisahan. karena itu tabiat hamba-Mu ini. Tuhan, betapa beruntungnya aku pernah mengenal-Mu dan terus diberi nikmat untuk mengenal-Mu Kau tempatku berbagi, Kau tempatku meminta, Kau tempatku bersandar, dan Kau tempatku bermunajat dan menaruh cinta. Karena kau segalanya dalam hidupku Tuhan, aku malu dengan tabiatku, aku ingin mengenal-Mu lebih dekat, aku tak ingin syahadatku hanya sebuah bacaan dan ucapan. aku tak ingin shalatku hanya sebuah ritual, aku tak ingin zakatku hanya untuk menunjukkan harta yang Kau titipkan padaku aku tak ingin puasa Ramadhanku hanya sebuah kewajiban aku tak ingin niat hajiku hanya sebuah bentuk kesombongan, aku ingin syahadatku menjadi pintu aku menuju ridha-Mu aku ingin shalatku adalah saat-saat bermadu kasih dengan-Mu. aku ingin  zakatku menunjukkan Kekayaan-Mu Yang Maha Kaya aku ingin puasaku adalah saat-saat aku bersyukur atas segala nikmat-M

Bila saatnya

bila saatnya waktu mencari biarlah dia mencari kedalam bilik-bilik ke sela-sela bebatuan sampai ke celah-celah sempit yang dia temui Bila saatnya ia menghilang biarlah ia pergi tanpa arah biarlah ia berpetualang mencari lapang biarlah ia menikmati dunianya sampai ia benar-benar merasa bahagia bila saatnya keadaan kembali biarlah dia melihat biarlah dia mendengar biarlah dia merasakan sampai dia menangis akan arti sebuah pengorbanan. bila satnya waktu berhenti biarlah pencarian itu tersedak biarlah pengembaraan itu kembali biarlah keadaan itu terjadi dan biarlah pengorbanan itu menjadi kenangan.. Depok, 12-12-12

Ketua Angkatan Namanya

Jika kau pernah kuliah atau sekarang sedang kuliah, pasti kau tahu jabatan yang diberi nama “ketua angkatan” ini. memang sih jabatan ini tak setenar ketua BEM, Ketua DPM, atau Ketua lembaga lainnya. Jabatan ini hanya jabatan kultural yang tugas dan wewenangnya tidak tertulis dimanapun, tidak di AD/ART, Preambul, atau undang-undang IKM. akan tetapi jabatan ini akan sangat penting ketika sebuah angkatan mengadakan acara yang tidak punya panitia, atau ketika ada permasalahan yang terjadi. Jabatan yang tidak punya tugas dan wewenang secara tertulis ini menurut saya hanya sebatas abdi, kawulo yang bertugas melayani orang-orang diangkatannya. namanya juga jabatan kultural, ya nggak pernahlah disuruh ngasih sambutan atau tanda tangan seperti ketua lembaga. Tapi jika kita menengok tugas yang di emban oleh mereka yang tidak tertulis itu sangat berat (bagi yang mau mikir). Ya nggak berat gimana, ketua angkatan bertanggung jawab atas angkatannya, jika ada tugas angkatan dia, jika ada permasalah

Mulut

mereka seperti gemerlap perhiasan. sekumpulan emas, intan, dan permata, berusaha untuk dicari, berusaha untuk dimiliki. tapi dalam mereka ada lubang, yang bisa mengeluarkan semua isi dunia, dari yang paling busuk hingga paling manis, tanpa kadang terpilah dengan jelas, lubang itu ada dimana-mana, ketika masih dunia yang kau pijak, kau akan menemukannya, kau boleh tau, yang keluar itu bisa seburuk kotoran, tapi bisa juga seindah mutiara, tinggal lubangmu siap menerima atau tidak. bau busuk itu atau bau paling wangi itu.. Depok, 3 Desember 2012

Aku dan Serpihan itu

beranjak mendengus, semua kenangan berjajar seperti deret fibonacci semakin membesar dan membesar, tak seperti serpihan itu, semakin lama semakin terkikis, mengecil dan habis.. dan senandung sepi, mengiringi kalutnya serpih yang terkikis, oleh kenangan-kenangan itu.

Mutiara

aku lirik kearah jendela luar, rintik-rintik hujan menggoyangkan dedaunan, lalu mereka menari, sesuai nada rintik yang bermelodi, terawangku jauh pada senyum manis itu, yang tiba-tiba membelah rinai, memberi cahaya, lalu memunculkan pelangi dalam kelam hujan. lalu, senyum itu berubah tawa, mengembang, dan menbuat hati yang ciut menjadi lapang, kau seperti mutiara, yang pernah aku temukan dalam kerang, kau lembut, cantik, dan anggun untuk dipandang, kaulah hati yang bisa mendamaikan hati, embun disetiap kegersangan pagi, yang memberi, bukan menghakimi.. walaupn aku boleh rindukanmu, aku tak akan pernah merindukanmu, karena aku hanya ingin bersamamu, menghabiskan setiap rintik hujan, hingga awan tak mau menurunkannya lagi.  (Terimakasih untukmu yang menginspirasi) :) Depok, 2 Desember 2012

Hujan Pagi di Pantai

beriringan hujan dan angin mengiringi pagi, laut gemuruh hingga ketepi, saat aku masih berdiri menantang ombak, yang berdenyaran dan membentak, memecah disetiap karang-karang tegar. pantai mulai sunyi, hanya melodi ombak dan angin yang bernyanyi, detak jantung sudah mulai tak bergemuruh lagi, hanya berbisik tenang di setiap jengkal nadi. sepertinya sudah saatnya matahari membisu, kembali kebalik gunung dan memanasi hawa dingin disana, bukan lagi menemaniku dalam gemuruh ombak, yang berpacu dengan gemuruh didalam dada ini. serpih-serpih pasir mulai berterbangan menguji berdiriku, menyayat pipiku, membuat darah mengalir, lalu dibasuh rintik hujan tersayat lagi, berdarah lagi. dibasuh lagi, dan aku masih tegak berdiri, menikmati dburan ombak yang siap menerkamku..

Cerita

dalam desah aku bergumul lagi dengan mentari pagi, aku terlambat menyongsongnya sampai ia menyingsing, lelah tak terperi hanya karena bualan belaka, cerita itu tak akan menjadi legenda. terawang jauh kedepan tak terlihat bayang, hanya sedikit akal yang melayang, cerita-cerita naif itu, bualan belaka dari lembah bisu, sekarang termanis yang terbuang, tak terperi rasa tersisihkan, lama sudah sekitar bulan manis dihadapanku, hanya sedikit biru tertinggal di mataku.. Depok, 21 November 2012

Layaknya Alam

Aku bercerita pada alam pagi ini, bahwa aku memiliki kasih sayang seperti yang ia punyai, yang mengambang dan menari indah ditiap hari, kasih itu mengalir bagai air, kadang deras, kadang hanya menetes, tapi ia memberikan kesegaran pada dahaga kehidupan, Sayang itu seperti angin, ia tak pernah terlihat, tapi selalu mampu dirasa dan memberikan kesejukan, cinta yang ku punya seperti api, ia menyala untuk memberi kehangatan, mendamaikan dikala dingin menerpa, hati yang aku punya seperti salju abadi, memberikan kelembutan, serta rasa tentram yang menenangkan, tapi, tiba-tiba alam membisikkan sesuatu padaku, ia berkata, kadang air bisa menjadi bah dan menenggelamkan sesamamu, kadang angin bisa mengamuk dan menghancurkan segala yang kau rasa perlu, kadang api bisa membakar benda-benda yang kau kagumi, dan kadang salju bisa meleleh dan hilang begitu saja. aku terdiam, tak ada lagi yang kubanggakan, ya, hanya diam..

Ini rencana gue JULI 2013!!

Hari ini semua berjalan tidak sesuai rencana, serba tidak jelas, tapi entah kenapa sore tadi waktu kuliah matprog kepikiran lagi rencana untuk  backpacker keliling lombok, akhirnya gue memutuskan untuk mencoba menseriuskan rencana itu, mulai dari menyusun apa saja yang diperlukan untuk backpacker, seperti rute perjalanan, estimasi biaya perjalanan minimum (maklum mahasiswa :p ), tempat-tempat yang akan dikunjungi, estimasi waktu perjalanan, dan menentukan kapan waktu untuk menjalankan rencana ini. Dan akhirnya sehabis kuliah gue langsung pulang dan mulai buka laptop untuk browsing untuk mencai tahu informasi tentang Lombok. Akhirnya setelah sekitar 3 jam lebih gue browsing, gue berhasil merumuskan rencana dan seua estimasi dengan berpedoman dari para backpacker yang sudah lebih dahulu menjajah Lombok.   Oke, ini dia hasil dari rencana yang aku buat. ü   Perjalanan menuju Lombok (biaya dan kendaraannya) Kalo berangkat dari jakarta : o    Jakarta-Yogyakarta : naik kereta ap

Ibarat anak SD kelas satu langsung diajarin Integral.

Malam ini aku merasa menemukan kehidupanku yang dulu, kehidupan yang dipenuhi oleh kalimat-kalimat yang menyejukkan hati serta jagongan-jagongan yang bermakna. Ya, aku kembali menjadi kaum bersarung walau hanya sekedar nunut ngaji tanpa mukim. kenangan-kenangan lama tiba-tiba keluar begitu saja dalam benak ini, dan salah satu yang ingin aku share malam ini adalah tentang “ibarat”, kenapa “ibarat”? karena dengan menganalogikan suatu masalah, maka biasanya masalah itu menjadi mudah dan gampang diterima, ya ibarat kalau anak matematika mau menerjemahkan suatu permasalahan kedalam model matematis, selanjutnya ke algoritma sampai ke program. Tapi tenang aja, yang akan dibahas disini tidak akan serumit itu, aku cuma ingin mengibaratkan sesuatu supaya mudah diterima saja, insyaallah. Karena saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang susah menerima karena penjelasannya susah, atau terjerumus dalam suatu pemikiran yang sebenernya belum saatnya, jadi ya semoga saja tulisan ini bisa membatu

Pemain Akrobat

aku seperti terkapar oleh roda kehidupan yang menggilasku, menepikanku pada akrobat-akrobat dipinggir jalan, yang membuat aku aneh dan menjadi bahan hiburan dan tertawaan, asal hati orang yang melihatnya senang, merka datang silih berganti, memintaku memainkan akrobat yang sama, yang mengocok perut, entah sebodoh apa yang aku lakukan, dan mereka juga tak tanggung-tanggung juga tak canggung-anggung untuk mengolok-olokku, serta melemparkan entah apa yang bisa ia lemparkan. asal hati mereka senang, karena mereka tak pernah tahu isi hatiku, atau memang ia tak mau tahu, asal mereka senang, menyaikitiku pun mereka tega, karena aku hanya pemain akrobat menurut mereka, yang tak pernah punya rasa, atau perasaan. hingga aku sekarang yang bertanya pada alam, siapa yang sebenarnya tak berperasaan? aku sang pemain akrobat ini atau mereka sang penonton? ah, tak perlu aku cari kebenarannya, aku hanya kaum marginal, sedangkan kebenaran hanya milik mereka yang punya masa.

Bayang Malam

Bayang malam mulai menghakimiku, Ia merasuk dalam setiap jengkal gelap yang ditemukan, Entah dalam pendaran cahaya bintang, Hingga bilik-bilik hati yang kerontang. Aku menanjak dan melihat beringasnya, Mencengkram setiap lentera yang ada disudut-sudut nadi, Mencoba mencari jalan ke kerongkongan, unuk keluar sebagai hembusan, tidak, sebagai semburan api amarahnya, Namun, limbung raga tak mampu goyahkan jiwa, Ia masih tetap menari bersama nurani, berdansa mesra, Mengikuti melodi-melodi permai yang dari tadi terdendang, Manis, Di pojok taman yang yang tak terekam bayang. Aku tetap masih berdiri, bersiap menulis lagi pada kehidupan yang putih, seperti sikap lembar putih tadi pagi, ia tetap putih, bersih, sebersih daun yang terbasuh embun pagi..

11/11/11-12

Bila sedikit resah telah hilang, meresap bersama air hujan kedalam tanah, aku menjadi sedikit terpukau akan bulan, yang menyerahkan ceritanya padaku, untuk aku tulis, untuk aku ceritakan kembali.. memori-memori yang sempat rusak mulai terangkai, memancarkan lagi kenangan indah dalam terik matahari, disambut pekat gelap, dan beriring bersamai derai angin. sungguh derai yang sejuk, nyamannya tentram abadi.. aku hafal sungging senyummu, masih sama seperti satu tahun lalu, sungging senyum yang terlampau manis untuk diabaikan, untuk aku, sang pungguk yang merindukan bulan. hari ini ku terduduk, terdiam, melayangkan akal, menembus alam fikir dalam duniamu..

Gundah

angin malam masih menggelitkku, menemaniku dalam kegundahan, aku termenung saat bulan berusaha hadir menyapaku, setelah badai yang memekatkan langit malam ini. aku terhenti, dalam dekapnnya.. aku hilang, bukan saat terkaan badai itu datang, tapi saat aku meliat bulan itu mulai datang. aku bukan pengecut seperti yang kau sangkakakan, aku hany mengikuti naluriku untuk mengalir, seperti dahan yang jatuh dan terapung terbawa aliran sungai.. depok, 7 november 2012

jejak sore

aku masih dipeluk angin, dalam sisa-sisa rintik hujan yang menghiasi sore, menghilangkan semburat jingga di ufuk barat, sebagai tanda keperkasaan malam yang pekat, rindu ini menderu pada dinding-dinding putih, yang kosong.. tapi sebagian manusia mnamakannya : Kedamaian.. cerita ini berlalu, cerita itu pun pasti akan berlalu, terkubur wangi melati yang sedang mekar, atau terbang oleh asap kendaraan yang lalu lalang. bongkah-bongkah tanah yang tadi siang keras, mulai lembek dan becek. meninggalkan jejak yang akan terlihat, sampai esok hari..

Karena Aku Sekarang adalah Kayu Kering

jika kau kembali, dan menjadi sepercik api lagi, jangan pernah mencariku, karena aku sekarang adalah kayu kering, rapuh, dan mudah terbakar, jika kau kembali, dan menjadi setetes air lagi, jangan pernah mencariku, karena aku sekarang adalah kayu kering, rapuh dan mudah hancur oleh air, jika kau kembali, dan menjadi angin lagi, jangan pernah mecariku, karena aku sekarang adalah kayu kering, rapuh, dan mudah patah jika tertiup. jika kau kembali, dan menjadi matahari lagi, jangan pernah mencariku, karena aku sekarang adalah kayu kering, rapuh, dan mudah gersang, aku bukanlah kayu yang dulu  lagi, kayu yang pernah kau suburkan dengan abumu, kayu yang pernah kau tumbuhkan dengan airmu, kayu yang pernah kau kuatkan dengan tiupan-tiupan anginmu, kayu yang pernah kau besarkan dengan cahaya mataharimu, tapi, aku masih kayu yang sama, yang menyayangimu dalam diam, dalam derit setiap retak kerapuhanku.. depok,5 november 2012

Kau

saat ku mulai lepas lagi diriku pada alam, kau menyambut dengan begitu riang, kau suruh angin menerimaku dengan tarian sunyi, kau silahkan air bernyanyi dengan melodi gemerciknya, kau biarkan api menari-nari sebagai lambang pertemuan, kau biarkan matahari menyediakan karpet cahaya untuk kulewati kau sambut aku dengan segala melodi itu, kau komposisikan dengan sangat indah, mendayu, membawaku terbuai pada simphoni yang kau ciptakan. termakasih.. kaulah manusia yang tak pernah mengeluh padaku, kaulah kebisingan yang menerimaku dalam diam, kaulah pendegar yang budiman atas semua celotehku, kau hebat, kau indah, kau mengagumkan.. jika aku bisa mengendalikan alam, maka akan aku haturkan sebuah komposisi yang lebih indah, besama semua ketulusanmu untuk ikut menjawai, dan mendendang menggeterkan nurani yang mati..

Antara Kesadaran

sepertinya malam ini purnama, ya, memang benar sepertinya malam ini purnama, walau terlihat sayu, dan terhembus oleh beberapa kabut hitam yang gagal menjadi hujan. apakah kau masih tetap kuyu? melangkah layu di pelataran ibumu. tanpa tahu makna menanggapi, atau sekedar senyum menyapa pada alam yang sedari kamu duduk telah lalu lalang lama.. jika kau lihat kelangit, purnama ingin sekali tersenyum padamu, walau layu, sayu, dan tergerus bayu... cepat genggam lengan itu, ikutlah berlari bersamanya, menyisir perih angin, serta sedikit sayatan air. ini harimu, ini tradisi nenek moyangmu, lakukanlah.. biarlah lelah mengajarkanmu makna lengah.. Depok, 29 oktober 2012

Bayang

aku menciumnya, bau tanah yang tadi sore tersiram air hujan, sangat lekat, dan teresap, walau tak mampu melembabkan hati yang gersang. bayangnya masih nampak nyata, walau matahari telah ditenggelamkan oleh senja, entah bayang itu datang dari cahaya yang mana lagi, karena, malam ini aku tak melihat bulan dan gemintang. hanya kabut dan awan gelap yang bergelayut berat. aku masih terpaku, melihat bayang itu beranjak pergi, yang sesekali menoleh, tidak, bukan sesekali, tetapi setiap dua langkah sekali. aku tak bisa menahannya untuk tetap tinggal, tapi aku juga tak bisa menyuruhnya pergi, maafkan aku bayang, kau harus terlantar dalam alam fikirku yang tak pernah punya waktu untuk membiarkanmu melayang. depok, 27 oktober 2012. 20:44

Dongeng Pembohong

aku memulai cerita dalam sempit bilik yang kuhuni membagi sedikit tawa serta banyak nestapa bukan karena aku tak paham bukan karena aku tak peduli aku hanya sedang merasa sakit termakan sepi hanya kata andai yang keluar dari mulutku mengulum rindu pada masa lalu walau aku pun tahu itu tak pernah terjadi ini hanya dongeng yang entah masih ada atau tidak pendengarnya pendengar setia yang gila yang tetap seksama walau bualan itu ia tahu tak nyata Depok, 27 Oktober 2012

Kawan, tahukah Kau?

kawan, tahukah kau?? walaupun aku seperti api, aku tak pernah membenci air. walaupun aku seperti daun kering, aku tak pernah membenci angin. aku hanya manusia yang ingin menjadi diriku apa adanya, sederhana, sesederhana matahari yang menyinari bumi. kawan, pernahkah kau melihat bintang yang gemerlap dimalam yang cerah? aku yakin kau pasti mengatakan : "betapa indahnya malam ini" tapi aku tak pernah bisa mengatakan itu jika sendiri, karena keindahan sebenarnya, bukan ketika aku melihat lautan bintang itu, tapi.. keindahan sebenarnya adalah ketika kau berada disampingku, menikmati segala hal.. menikmati redup gemintang, menikmati buaian angin, menikmati indahnya kehidupan, sampai menikmati terjangan badai. kawan, masihkah kau ingin tahu tentang kebahagiaan? kebahagiaan itu sederhana kawan.. ketika  tawamu beradu dengan tawaku, kita tertawa lepas selepas air di lautan luas.. kawan, kau tahu cerita apa yang paling menarik?? bukan dongeng seribu

Sedikit Tentang Pagi

Angin dengan lembut menyapa pagi yang kutinggal diam bermalasan. sepertinya dia tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, namun ia lagaknya pura-pura tak tahu-menahu alasanku bermalasan dipagi yang indah ini. entah dia menjaga perasaanku, atau memang tak mau tahu. Aku mulai melangkahkan sejengkal demi sejengkal langkah untuk  melihat lagi apakah aku masih punya harapan dan mimpi, atau hanya berjalan sebagai manusia dungu atau bahkan seperti zombie yang hanya hidup tanpa bisa menikmatinya.Sepertinya aku sudah cukup parah mengobrak-abrik hidupku sendiri, banyak hal yang telah aku korbankan dan aku tingggalkan hanya untuk mencari kesenangan sesaat, kesenangan semu yang akan segera menguap setelah semua tawa itu lepas dan terbang bersama angin untuk meninggalkan hati yang masih tetap rapuh dan tanpa tambatan ini. Entah apa yang terjadi jika tiba-tiba angin mulai mengamuk dan mengombang-ambingkan hati ini hingga jatuh dan tak pernah bisa dipasang lagi pada tempatnya sehingga mau nggak mau

Malam Sang Kelelawar

Kepak kelelawar mulai jengah, Karena tak ada satu buah jambupun tersisa malam ini, Dia bukan tidak kebagian, Tapi gersang memaksa sang pohon untuk segera beranjak dari bumi ini. Suara itu begitu sayu, Hingga akhirnya ia bergelantungan dengan perut lapar, dan siap menghabiskan malam. Matanya masih tajam memandang keatas, Dia melihat bulan, tersenyum manis penuh kasih sayang, tapi matanya menangkap ada yang aneh malam ini, kenapa bulan sendiri? kemana sang bintang yang biasanya gemerlap? sepertinya awan juga tak begitu jail menutupinya. Malam jadi semakin sayu, Sepi, tanpa gemerlapnya.. Ia tetap masih mencoba menerawang, mencari kawan dalam kesendirian, Ia tak tahu, atau mungin tak mau tahu, Kalau kawan mereka sudah mati dahulu karena gersang, busung, dan lapar. ia tak akan sadar, bahwa senyum bulan akan menjadi saksi bisu, dalam kelamnya busung yang mengantarnya ke surga.

Purnama Sepi

malam seperti tak pekat, namum nada gemercik air telah mulai gemerciknya berteman nada lain sang angin yang berhembus membuat sebuah melodi malam, harmoni yang menemani bulan. cahaya yang tak redup malam ini, menyapa rerumputan dan dedaunan, untuk membiarkannya berkilau memantulkan cahayamu, Ya, kau datang malam ini, seperti memeluk sepiku dalam kesindirianmu, lalu, dimanakah bintang? apakah dia masih malu dan bersembunyi? Depok, 29 september 2012

(Bukan) Sekedar Mimpi

Malam begitu pekat ketika angin dan kegelapannya membalut lelah yang menjalar keseluruh sendi, aku masih menerawang jauh pada kemungkinan-kemungkinan tanpa bisa tahu berapa probabilitas dari kemungkinan itu. sayup-sayup suara kendaraan yang jauh menjadi berdesing ditelinga karena sepinya malam. membuat bayang-bayang dalam benak menjadi sedikit kabur walaupun ekspektasi itu tetap tak tahu perhitungannya. Sebenarnya aku sangat rindu suara sayap jangkrik yang bergesek seperti yang biasa menemaniku dimalam yang dingin di lereng sumbing itu, tapi perlu ditekankan, aku hanya rindu pada situasinya bukan pada lereng sumbing itu. Kelopak mata mulai terkatup dan terasa berat untuk ditahan dan akhirnya aku pun sudah berpindah alam. Ya, dialam mimpi inilah cerita akan dimulai. Lorong yang sedikit sempit membawaku pada sebuah ruangan luas dan tinggi, aku tertinggal sendiri disana dengan perut yang sangat lapar. Tiba-tiba dia datang dengan senyum manis dan sepotong roti, tapi entah kenapa senyum

Berbicara dengan Tuhan #14

Malam mulai pekat, Mengusir mega-mega merah yang tersisa dari siang Namun, Iya tak meninggalkan gemerlap bintang, Atau sekdar senyum sabit yang terpampang mungil, Aku terpukur, Sendiri berdiam merindu, Seperti rindu api kepada air, Walau ia tahu dirinya akan mati. Entah siapa yang aku rindukan, Tuhankah? atau berhala-berhala dunia itu. Sudah aku tumpahkan resahku pada angin Untuk dibawa dan diceritakan keseluruh alam semesta, Hingga membuatku merasa hampa. Sekarang tinggallah aku sendiri dalam gersang, Dengan mulut menganga, Merindukan teman Bicara yang Haqiqi, Yang tak terbang oleh angin.. Tuhan, izinkanlah hati ini bercerita pada-Mu.. Meluapkan resah dalam dadaku. Depok, 16 september 2012

Berbicara dengan Tuhan #13

Ku cium wangi bau tanah yang kering dan baru saja terguyur air hujan, setelah sekian lama tak tersentuh air. aku termenug, memandang pantulan cahaya-cahaya lampion yang terpantul pada rintik hujan-Mu setelah matahari Kau benamkan di ufuk barat dan memberi giliran pada daerah bagian sebelah sana untuk menerima cahayanya. Tuhan, sepertinya aku juga harus menyiram hatiku yang mulai gersang, layu, seakan tinggal menunggu waktu untuk mati. terlalu banyak waktu yang aku buang dan aku sita hingga aku melupakan-Mu, lupa untuk menancapkan keningku pada rendah tanah, lupa untuk menciumkan bibir dan hidungku pada muka tanah, lupa membungkuk, lupa bersujud. semuanya hanya ruku' buatan, sujud buatan, doa buatan, tanpa pernah iklhlas bertemu dengan-Mu. Tuhan, Mohon terimalah sujudku, sujud hati yang gersang butuh hujan.

Berbicara dengan Tuhan #12

Tuhan, malam semakin pekat tak berbintang. aku tak lagi merapal dzikir untuk-Mu dengan bibirku aku membeku bukan karena angin-Mu aku terpaku karena keagungan-Mu Tuhanku, Engkau memang berbeda dalam kasih mencintai hamba-Mu dengan cobaan dan nikmat yang datang silih berganti aku ingin selalu bersandar pada Dzat keagungan-Mu daripada aku bersandar pada tiang-tiang rapuh makhluk-Mu yang ingkar dan bekelakar seakan dia yang paling benar. Tuhan, Malam semakin menggigit dengan keharuan. Aku tertegu dalam bisu, mencoba lagi merapal asma-Mu yang berwibawa tapi tak bisa, diam dalam semua bahasa Tuhanku yang Maha Bijaksana, bijaksanakanlah hatiku, kuatkanlah ia dalam menghadapi ujian-Mu ujian kegersangan yang melanda sepi dalam tiap malamku Tuhan, setelah  mulut ini beku, Maka berikan kekuatan pada jiwaku untuk merapal Asma-Mu

asimtot

aku cari gemerisik itu dalam supremum alam dalam lingkar logika bermakna tapi tak ada masih hampa lamunan daun dan ranting-ranting tersapa angin lalu bergoyang lagi dengan dendang-dendang harmoni yang mengalunkan lagu klasik masa lalu entah itu sebuah ejekan ataukah empati pada hati yang tak tahu cara bersujud lagi setelah sujudnya tergadai dan tak bisa ditebus lagi. hati yang sekarang hanya bisa memandang lurus kedepan kosong membentuk sumbu axis yang lurus bersama cakrawala saat tiba-tiba aksioma alam menyuruhnya melihat asimtot ketauhidan membentuk grafik kerinduan pada Tuhannya aku berusaha membuatnya terus berlari menyeret hati dan ternyata grafik itu berlimit tak hingga tak sampai pada asimtot ketauhidannya.

Sang Purnama

Semilir angin yang berhembus menerpa wajah lelah ini, menjanjikan sebuah masa depan yang cerah, aku masih tidak bergeming di teras kamar kost untuk memandang bulan yang bulat dan terlihat sempurna malam ini. sepertinya sudah hampir 3 jam aku bernostalgia dengan sang purnama, aku tumpahkan segala isi hati dan cerita-cerita masa yang sudah lewat yang memang belum sempat aku ceritakan kepadanya. Seperti bulan-bulan sebelumnya, purnama selalu menjadi teman cerita yang sabar dalam mendengarkan segala keluh kesah dan curahan hati paling tidak penting, ia tak pernah mecela dan tak pernah sok-sokan menasehati, ia membiarkanku untuk berfikir sendiri apa solusi untuk semua masalahku. Ia tak pernah protes dengan apa yang aku lakukan dan ia memang tanpa kepentingan apapun bersahabat denganku. Aku tahu bahwa dalam diamnya, Ia selalu menyemangatiku. Ya, dia menyemangatiku dengan caranya sendiri. Dia juga bukan tipe sahabat yang hanya datang waktu dia butuh dan  tak ingat ketika ia lagi baha